Reporter: Gentur Putro Jati |
JAKARTA. Demi mengutamakan rencana initial public offering (IPO) PT Garuda Indonesia (Persero), aksi korporasi unit bisnis strategis Citilink dan anak usaha PT Garuda Maintenance Facilities AeroAsia (GMF) terpaksa ditunda.
Menurut Direktur Keuangan adinterim Garuda Indonesia Elisa Lumbantoruan, sedianya spin off Citilink menjadi maskapai yang berdiri sendiri dilakukan awal tahun ini. Sementara rencana IPO GMF dilakukan tahun ini.
"Untuk Citilink, kami mengevaluasi apakah yang dilakukan Qantas dan Jet Star Australia bisa diterapkan. Kedua maskapai itu ada di bawah satu perusahaan tapi mempunyai dua air operator certificate (AOC). Bisa saja Garuda dan Citilink seperti itu," kata Elisa.
Menurut mantan Presiden Direktur hp Indonesia itu, Citilink merupakan andalan maskapainya untuk bisa memberikan layanan penerbangan biaya rendah atau no frill.
"Dalam beberapa tahun mendatang maskapai no frill akan menjadi pilihan utama penumpang. Makanya Citilink penting bagi Garuda," katanya.
Toh, Elisa memastikan sudah tidak penting lagi untuk membicarakan pemisahan bisnis Citilink dengan Garuda. Karena saat ini manajemen kedua maskapai itu juga sudah berbeda.
Sementara, IPO GMF menurutnya tetap akan dilakukan mengingat antara Garuda dengan anak usahanya itu menggeluti dua bidang usaha yang berbeda namun bisa saling mendukung. GMF diketahui merupakan bengkel perawatan dan perbaikan pesawat yang ada di Indonesia saat ini.
"Ada keinginan untuk melepas saham anak usaha ke publik. Untuk GMF kemungkinan bisa dilakukan setelah Garuda IPO tahun ini. Atau paling cepat pada 2013," jelasnya. Dana yang diperoleh GMF dari melakukan IPO bisa digunakan untuk membiayai pengembangan bisnis perusahaan tersebut.
Sebelumnya Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar menjelaskan, instansinya telah menunjuk tiga underwriter untuk melaksanakan IPO Garuda Indonesia pada akhir November tahun ini. Ketiganya adalah Danareksa Sekuritas, Bahana Securities, dan Mandiri Sekuritas. Menurut Mustafa, ketiga perusahaan ini bertugas mencari selling agen alias penjual internasional.
Selain menunjuk tiga penjamin emisi, Mustafa juga bilang, pihaknya sudah menunjuk PT Datindo Entrikom sebagai Biro Administrasi Efek (BAE). Untuk penilai, Kementerian menunjuk Toto Suharto dan Notaris Fatya Helmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News