Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Para investor, sambungnya, akan melihat valuasi perusahaan merger yang meningkat sebagai salah satu faktor pembeli. Kendati begitu, rencana IPO Gojek-Tokopedia harus dihitung lebih matang lagi.
"Saya rasa untuk IPO kedua perusahaan tersebut perlu mempertimbangkan matang-matang karena risiko gagalnya juga besar. Harga akan tinggi di awal karena faktor hype, namun bisa memble di kemudian hari," ujar dia.
Yang pasti, merger dari Gojek-Tokopedia akan melampaui aplikasi super dengan berbagai layanan (superapp). Lalu mengarah pada superstar firm, yang inovasi dan efisiensi menjadi salah satu cirinya, termasuk dari integrasi layanan antara Gojek dan Tokopedia. "Saya rasa Gojek dan Tokopedia bisa saling melengkapi. Mereka bisa menjadi superstar firm, bukan cuman SuperApps," pungkas Huda.
Baca Juga: BEI minta unicorn-unicorn Indonesia segera listing di pasar modal
Manajemen Gojek belum menjawab pertanyaan Kontan.co.id mengenai rencana merger bersama Tokopedia. Namun terkait rencana IPO, pada awal Maret 2021 lalu Chief of Corporate Affairs Gojek Nila Marita menyampaikan bahwa pihaknya mempertimbangkan sejumlah opsi untuk menumbuhkan bisnisnya.
"Salah satu fokus utama Gojek adalah memastikan pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis secara jangka panjang, dan kami selalu terbuka terhadap berbagai opsi untuk mendukung hal tersebut," ungkap Nila kepada Kontan.co.id.
Dia mengklaim di masa pandemi tahun lalu, Gojek berhasil memperkuat fundamental perusahaan dengan menghasilkan laba operasional di luar biaya headquarter (contribution margin positive). Kata Nila, hal ini merupakan tonggak penting yang menunjukkan Gojek berada di jalur yang kuat menuju profitabilitas. "Fokus kami akan terus pada menciptakan dampak positif pada ekosistem kami, sekaligus memprioritaskan keberlanjutan bisnis secara jangka panjang," tandas dia.
Baca Juga: GIC jadi investor Bank Jago (ARTO), eksekusi sebagian saham Gojek & MEI Rp 3,15 t
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News