Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Teguh menyarankan, Gojek-Tokopedia bisa melakukan IPO di Amerika Serikat, Hong Kong atau pun Singapura. "Kalau sampai puluhan miliar dolar begitu, nggak akan muat (IPO di BEI). Bisa langsung sekalian di Amerika, atau di Hong Kong sebagai pusat keuangan Asia, atau di Singapura," ungkap dia.
Terlepas dari itu, prospek Gojek-Tokopedia ketika bersanding sangatlah cerah. Keduanya, kata Teguh, memiliki layanan yang menjangkau Indonesia, bahkan ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
Secara bisnis, sebagai dua unicorn terbesar di Indonesia, gabungan dari Gojek-Tokopedia bakal menjadi tekanan yang sangat besar bagi para pesaing lainnya. Gabungan aset, pendanaan, serta integrasi layanan dari Gojek-Tokopedia akan sulit dilampaui oleh para kompetitornya.
Namun, kondisi ini bisa menjadi pisau bermata dua. Bagi para investor Gojek-Tokopedia, dominasi terhadap pasar bisa menguntungkan secara bisnis. Namun, dari sisi pengembangan industri dan ekonomi digital di Indonesia, penguasaan yang terlalu besar oleh satu pihak justru bisa membawa sentimen negatif.
"Kalau bisnis mereka (Gojek-Tokopedia) terlalu besar, bisa jadi malah nggak bagus. Apalagi kalau pemerintah melihat dominasi itu, investor terbesar keduanya bukan berasal dari Indonesia," ungkap Teguh.
Baca Juga: Soal rencana penertiban predatory pricing e-commerce, begini kata Tokopedia
Dihubungi terpisah, Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda mengatakan, rencana merger Gojek-Tokopedia tak lepas dari situasi selama pandemi covid-19 dan rencana ekspansi ke depan. Menurut Huda, dalam beberapa tahun terakhir terutama masa pandemi, bisnis ride hailing tertekan cukup kuat.
Gojek pun melakukan upaya efisiensi yang besar. Tak ayal, Gojek butuh pendanaan dari investor untuk terus melakukan ekspansi.
Di sisi lain, meski sektor e-commerce tumbuh positif pada tahun lalu, Tokopedia tampaknya juga butuh tambahan pendanaan. Terutama untuk bisa bersaing dengan Shopee agar bisa mengejar ketertinggalan traffic maupun gross merchandise value (GMV).
Jika merger Gojek-Tokopedia berhasil, Huda menaksir nilai valuasi perusahaan merger bisa mencapai US$ 20 miliar. "Saya rasa alasan Gojek dan Tokopedia untuk merger adalah meningkatkan potensi pendanaan. Bisa bersaing dengan Grab dan Shopee. Semakin tinggi nilai valuasi maka akan semakin tinggi pula potensi pendanaan," terang Huda kepada Kontan.co.id, Selasa (9/3).
Baca Juga: Tertarik untuk melirik saham-saham bank kecil? Simak saran analis berikut