Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua raksasa digital Indonesia, Gojek dan Tokopedia dikabarkan semakin dekat untuk merger. Keduanya diinformasikan telah menandatangani conditional sales and puchase agreement (CSPA).
Menurut bocoran dari D-Insight, merger Gojek dan Tokopedia menghasilkan valuasi yang jumbo, antara US$ 35 miliar hingga US$ 40 miliar atau sekitar Rp 500,1 triliun-Rp 572,5 triliun. Setelah merger, kabarnya Gojek akan memegang 60% saham, sedangkan sisanya digenggam Tokopedia. Setelah itu, akan mencatatkan diri (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Avere Investama Teguh Hidayat memberikan sejumlah catatan terhadap rencana merger tersebut. Menurut Teguh, hal yang utama mesti diperjelas mengenai detail perjanjian antara Gojek dan Tokopedia.
Pasalnya, CSPA dan juga pembagian porsi saham yang beredar lebih mengesankan adanya akuisisi (pengambilalihan) ketimbang merger (penggabungan). "Jadi memang harus dipelajari dulu, kita lihat lebih lanjut dokumen CSPA-nya. Rincinya seperti apa," kata Teguh saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (9/3).
Baca Juga: Kabar merger dengan Gojek, Tokopedia: Berita tersebut tidak benar
Lalu dari sisi valuasi, menghitung aset dan nilai perusahaan digital bukanlah perkara mudah. Sebab, aset dari perusahaan digital seperti Gojek dan Tokopedia sebagai marketplace hampir tidak berwujud (intangible). Oleh sebab itu, perlu ada ukuran jelas, sebagaimana yang terlampir dalam laporan keuangan.
"Karena sebagian besar aset mereka intangible, serba digital, penialian bisa sangat subjektif. Harus menunjuk penilai independen. Akhirnya harus lihat seperti apa laporan keuangannya," tutur Teguh.
Jika nilai valuasi puluhan miliar dolar dan Gojek-Tokopedia bakal melakukan IPO, tempat pencatatan saham harus dipertimbangkan. Pasalnya untuk ukuran BEI, valuasi puluhan miliar dolar bisa terlalu besar.
Baca Juga: Tokopedia dan Gojek sepakat untuk merger?
Teguh menyarankan, Gojek-Tokopedia bisa melakukan IPO di Amerika Serikat, Hong Kong atau pun Singapura. "Kalau sampai puluhan miliar dolar begitu, nggak akan muat (IPO di BEI). Bisa langsung sekalian di Amerika, atau di Hong Kong sebagai pusat keuangan Asia, atau di Singapura," ungkap dia.
Terlepas dari itu, prospek Gojek-Tokopedia ketika bersanding sangatlah cerah. Keduanya, kata Teguh, memiliki layanan yang menjangkau Indonesia, bahkan ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
Secara bisnis, sebagai dua unicorn terbesar di Indonesia, gabungan dari Gojek-Tokopedia bakal menjadi tekanan yang sangat besar bagi para pesaing lainnya. Gabungan aset, pendanaan, serta integrasi layanan dari Gojek-Tokopedia akan sulit dilampaui oleh para kompetitornya.
Namun, kondisi ini bisa menjadi pisau bermata dua. Bagi para investor Gojek-Tokopedia, dominasi terhadap pasar bisa menguntungkan secara bisnis. Namun, dari sisi pengembangan industri dan ekonomi digital di Indonesia, penguasaan yang terlalu besar oleh satu pihak justru bisa membawa sentimen negatif.
"Kalau bisnis mereka (Gojek-Tokopedia) terlalu besar, bisa jadi malah nggak bagus. Apalagi kalau pemerintah melihat dominasi itu, investor terbesar keduanya bukan berasal dari Indonesia," ungkap Teguh.
Baca Juga: Soal rencana penertiban predatory pricing e-commerce, begini kata Tokopedia
Dihubungi terpisah, Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda mengatakan, rencana merger Gojek-Tokopedia tak lepas dari situasi selama pandemi covid-19 dan rencana ekspansi ke depan. Menurut Huda, dalam beberapa tahun terakhir terutama masa pandemi, bisnis ride hailing tertekan cukup kuat.
Gojek pun melakukan upaya efisiensi yang besar. Tak ayal, Gojek butuh pendanaan dari investor untuk terus melakukan ekspansi.
Di sisi lain, meski sektor e-commerce tumbuh positif pada tahun lalu, Tokopedia tampaknya juga butuh tambahan pendanaan. Terutama untuk bisa bersaing dengan Shopee agar bisa mengejar ketertinggalan traffic maupun gross merchandise value (GMV).
Jika merger Gojek-Tokopedia berhasil, Huda menaksir nilai valuasi perusahaan merger bisa mencapai US$ 20 miliar. "Saya rasa alasan Gojek dan Tokopedia untuk merger adalah meningkatkan potensi pendanaan. Bisa bersaing dengan Grab dan Shopee. Semakin tinggi nilai valuasi maka akan semakin tinggi pula potensi pendanaan," terang Huda kepada Kontan.co.id, Selasa (9/3).
Baca Juga: Tertarik untuk melirik saham-saham bank kecil? Simak saran analis berikut
Para investor, sambungnya, akan melihat valuasi perusahaan merger yang meningkat sebagai salah satu faktor pembeli. Kendati begitu, rencana IPO Gojek-Tokopedia harus dihitung lebih matang lagi.
"Saya rasa untuk IPO kedua perusahaan tersebut perlu mempertimbangkan matang-matang karena risiko gagalnya juga besar. Harga akan tinggi di awal karena faktor hype, namun bisa memble di kemudian hari," ujar dia.
Yang pasti, merger dari Gojek-Tokopedia akan melampaui aplikasi super dengan berbagai layanan (superapp). Lalu mengarah pada superstar firm, yang inovasi dan efisiensi menjadi salah satu cirinya, termasuk dari integrasi layanan antara Gojek dan Tokopedia. "Saya rasa Gojek dan Tokopedia bisa saling melengkapi. Mereka bisa menjadi superstar firm, bukan cuman SuperApps," pungkas Huda.
Baca Juga: BEI minta unicorn-unicorn Indonesia segera listing di pasar modal
Manajemen Gojek belum menjawab pertanyaan Kontan.co.id mengenai rencana merger bersama Tokopedia. Namun terkait rencana IPO, pada awal Maret 2021 lalu Chief of Corporate Affairs Gojek Nila Marita menyampaikan bahwa pihaknya mempertimbangkan sejumlah opsi untuk menumbuhkan bisnisnya.
"Salah satu fokus utama Gojek adalah memastikan pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis secara jangka panjang, dan kami selalu terbuka terhadap berbagai opsi untuk mendukung hal tersebut," ungkap Nila kepada Kontan.co.id.
Dia mengklaim di masa pandemi tahun lalu, Gojek berhasil memperkuat fundamental perusahaan dengan menghasilkan laba operasional di luar biaya headquarter (contribution margin positive). Kata Nila, hal ini merupakan tonggak penting yang menunjukkan Gojek berada di jalur yang kuat menuju profitabilitas. "Fokus kami akan terus pada menciptakan dampak positif pada ekosistem kami, sekaligus memprioritaskan keberlanjutan bisnis secara jangka panjang," tandas dia.
Baca Juga: GIC jadi investor Bank Jago (ARTO), eksekusi sebagian saham Gojek & MEI Rp 3,15 t
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News