Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) kurang menggembirakan di enam bulan pertama tahun 2020. Namun, bukan berarti peluang PLN untuk kembali meraih kinerja yang lebih baik tertutup di sisa tahun ini.
Sebagai informasi, PLN meraup pendapatan usaha sebesar Rp 139,78 triliun di semester I-2020. Jumlah tersebut tumbuh tipis 1,64% (yoy) dibandingkan realisasi pendapatan usaha di semester I-2019 sebesar Rp 137,53 triliun.
Sayangnya, laba bersih PLN anjlok 96,56% (yoy) menjadi Rp 251,61 miliar di semester I-2020. Padahal, di semester I-2019, PLN masih sanggup memperoleh laba bersih hingga Rp 7,31 triliun.
Baca Juga: Listrik gratis diperpanjang hingga Desember, begini cara klaim token PLN
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, kinerja keuangan PLN memang cukup mencerminkan pertumbuhan penjualan listrik yang masih terbilang rendah. Hal ini akibat dampak wabah Covid-19 di Indonesia yang membuat konsumsi listrik nasional turun, khususnya di sektor industri dan bisnis.
Asal tahu saja, penjualan listrik PLN di semester I-2020 tercatat sebesar 119,651 gigawatt (GW) atau naik 0,95% (yoy). Hasil ini berdampak pada kenaikan pendapatan dari penjualan listrik sebesar 1,47% (yoy) menjadi Rp 133,45 triliun.
Rendahnya penjualan listrik menyulitkan bagi PLN yang masih harus menanggung berbagai penugasan dari pemerintah. “Apalagi, PLN belum memasukan penerimaan dari kompensasi pendapatan yang belum dibayar pemerintah dan tambahan subsidi dari insentif harga listrik untuk rumah tangga 450 VA dan 900 VA subsidi,” ungkap dia, Rabu (29/7).
Fabby menilai, di semester kedua ada kemungkinan kinerja keuangan PLN akan membaik lantaran penjualan listrik berpeluang meningkat lebih tinggi seiring mulai berjalannya aktivitas ekonomi. Selain itu, biaya energi primer yang ditanggung PLN juga berpeluang turun karena harga komoditas batubara dan minyak yang tengah terkoreksi.
Baca Juga: Hore, insentif tagihan listrik 450 VA-900 VA diperpanjang sampai Desember
Adanya keterlambatan sejumlah proyek ketenagalistrikan 35.000 MW akibat pandemi Covid-19 juga menjadi berkah terselubung bagi PLN. Setidaknya pengeluaran investasi PLN dapat dirasionalisasi dan tidak membebani keuangan perusahaan.
Tak ketinggalan, nilai tukar rupiah juga berpotensi bergerak lebih stabil di semester kedua sehingga PLN bisa menekan risiko kerugian selisih kurs. Sekadar catatan, di semester pertama lalu, PLN menderita kerugian kurs sebesar Rp 7,80 triliun.
“Kondisi keuangan PLN akan dipengaruhi oleh dampak virus Corona dan dinamika harga energi primer. Kalau dua hal ini bisa stabil, keuangan PLN punya kesempatan untuk lebih stabil,” imbuh Fabby.
Walau mencatatkan kinerja keuangan yang kurang apik, ada sejumlah capaian positif yang didapat oleh PLN di semester pertama lalu.
Misalnya, PLN mampu meningkatkan jumlah pelanggan sebanyak 3,59 juta pelanggan dari 73,6 juta pelanggan di semester I-2019 menjadi 77,19 juta pelanggan di semester I-2020.
Selain itu, PLN telah menambah kapasitas terpasang pembangkit sebesar 1.285,2 MW sampai Juni 2020. Di saat yang sama, PLN juga meningkatkan jaringan transmisi khususnya untuk evakuasi daya pembangkit yang telah beroperasi sepanjang 950,9 kilometer sirkuit serta penambahan kapasitas Gardu Induk sebesar 2.890 Mega Volt Ampere (MVA).
Baca Juga: Tersengat rugi kurs Rp 7,8 triliun, laba bersih PLN anjlok 97% di semester I 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News