Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kisruh kerjasama PT Garuda Indonesia dengan Sriwijaya Air kembali memanas setelah sempat rujuk beberapa waktu lalu.
Mewakili pemegang saham Sriwijaya Air, Yusril Ihza Mahendra mengatakan, ketidakjelasan dalam perjanjian awal membuat kondisi Sriwijaya semakin memburuk. Ia mencontohkan, sejumlah kalangan Sriwijaya Air merasa biaya pemeliharaan jadi membengkak.
"Misalnya dulu maintenance oleh Sriwijaya, tapi sekarang (sejak kerjasama) ditangani oleh Garuda Maintenance Facility (GMF), dan itu dengan biaya yang lebih mahal," sebut Yusril selepas menghadiri rapat kordinasi di Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Kamis (7/11).
Baca Juga: Sriwijaya Air tak lagi jadi jadi anggota Garuda Indonesia group
Masih menurut Yusril, perubahan Kerja Sama Operasional (KSO) menjadi Kerja Sama Manajemen (KSM) turut menimbulkan masalah. Penerapan management fee sebesar 50% dan profit sharing sebesar 65% secara sepihak oleh Garuda Indonesia dinilai memberatkan Sriwijaya Air.
Yusril mengungkapkan, dalam rapat kordinasi dengan Kemenko Kemaritiman dan Investasi disepakati sesuai dengan pembicaraan yang telah dilakukan pada 31 Oktober 2019 sebelumnya. Dalam kesempatan tersebut disepakati mengenai perjanjian sementara untuk meneruskan kerjasama selama tiga bulan ke depan dengan adanya waktu untuk melakukan revisi.
Kendati demikian, ia menuturkan proposal ini perlu diteruskan kepada manajemen Sriwijaya Air. "Akan diputuskan dalam satu atau dua hari apa akan diteruskan (kerjasama) atau tidak," terang Yusril.
Sementara itu, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra dan VP Corporate Secretary Garuda Indonesia M. Ikhsan Rosan bungkam tidak mau menjawab ketika ditanyai wartawan.
Baca Juga: Menteri Perhubungan berharap Garuda-Sriwijaya tetap bersama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News