kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,25   -8,11   -0.87%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspada, pasar dan harga batubara diprediksi lebih tertekan di kuartal II 2020


Kamis, 07 Mei 2020 / 13:43 WIB
Waspada, pasar dan harga batubara diprediksi lebih tertekan di kuartal II 2020
ILUSTRASI. Pertambangan batubara


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

Terkait dengan produksi, Singgih menyebut bahwa realisasi produksi batubara nasional di triwulan pertama tahun ini memang masih terjaga sesuai rencana. Sedangkan untuk di kuartal kedua, ia memprediksi hanya perusahaan-perusahaan besar yang mampu menghadapi tekanan finansial yang akan bisa mempertahankan kapasitas produksi di periode ini.

Namun, untuk perusahaan Izin Usaha Pertambangan (IUP) skala kecil nasibnya akan berbeda. Menurut Singgih, IUP skala kecil apalagi yang kualitas kalori batubaranya rendah, di bawah 4.200 kcal/kg, akan sangat tertekan secara bisnis maupun kemampuan operasional.

Dalam kondisi saat ini, Singgih berpendapat pemerintah harus mengambil langkah dalam mempertahankan target operasional. Menurutnya, pemerintah perlu menyiapkan insentif untuk membantu perusahaan agar bisa bertahan dari tekanan pasar. Apalagi pemerintah juga meminta agar perusahaan tambang tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Baca Juga: Golden Energy Mines (GEMS) targetkan produksi batubara kuartal II capai 8,3 juta ton

"Pemerintah sudah harus menyiapkan sikap yang lebih jelas untuk mempertahankan operasi saat ini. Seperti perhitungan pembayaran nilai royalti dan mekanisme waktu pembayaran," kata Singgih.

Dihubungi terpisah, Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arief bilang, pergerakan pasar dan harga batubara hingga akhir tahun harus diwaspadai. Sebab, perilaku dan pola konsumsi negara-negara diperkirakan akan berubah di tengah maupun setelah masa pandemi.

Kendati begitu, Irwandy memprediksi tekanan pasar dan harga tidak akan secara otomatis menurunkan tingkat produksi batubara nasional. Menurutnya, karakteristik pertambangan tidak bisa secara tiba-tiba mengurangi produksi karena sebagian besar perusahaan harus memenuhi kontrak baik dengan pembeli maupun kontraktor.

Alhasil, dampak secara operasional tidak akan terasa dalam waktu yang singkat. "Mengurangi produksi tiba-tiba berarti mengurangi alat-alat produksi dan pekerja, biayanya sama dengan menggunakan alat sesuai rencana. Sehingga dampak Covid akan terlihat dalam jangka waktu yang lebih panjang," tandas Irwandy.

Baca Juga: Imbas corona, harga batubara acuan (HBA) Mei melorot jadi US$ 61,11 per ton

Dalam catatan Kontan.co.id, penurunan harga batubara sudah terjadi selama dua bulan terakhir. Sejak bulan Januari 2020, HBA mengalami fluktuasi. Pada bulan Januari, HBA tercatat US$ 65,93 per ton (turun dari US$ 66,30 di Desember 2019), kemudian naik di Februari (US$ 66,89) dan Maret (US$ 67,08).

Lalu HBA mengalami penurunan pada April menjadi US$ 65,77 dan di Mei menjadi US$ 61,11 per ton. Adapun, dari sisi produksi, realisasi produksi batubara nasional hingga April 2020 mencapai 187 juta ton atau setara dengan 34% dari target tahun 2020 yang mencapai 550 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×