kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspada, pasar dan harga batubara diprediksi lebih tertekan di kuartal II 2020


Kamis, 07 Mei 2020 / 13:43 WIB
Waspada, pasar dan harga batubara diprediksi lebih tertekan di kuartal II 2020
ILUSTRASI. Pertambangan batubara


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara yang tercermin dari Harga Batubara Acuan (HBA) dibuka melemah pada periode kuartal II-2020. Melanjutkan penurunan di bulan sebelumnya, HBA Mei merosot 7,08% menjadi US$ 61,11 per ton. Di tengah kondisi pandemi virus corona (Covid-19), pasar dan harga batubara diprediksi belum akan pulih dalam waktu dekat ini.

Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo memproyeksikan, pasar dan harga batubara pada periode April-Juni 2020 akan lebih tertekan dibanding kuartal pertama. 

Menurut dia, dampak dari pandemi akan terasa di kuartal kedua dengan tren penurunan kebutuhan energi yang masih berlanjut seiring dengan indeks industri yang turun tajam di negara-negara tujuan ekspor batubara Indonesia.

Baca Juga: Indo Tambangraya (ITMG) targetkan produksi batubara capai 20,1 juta ton di tahun ini

Dalam perhitungannya, Singgih menaksir ada penurunan konsumsi energi sekitar 10%-20% di negara importir batubara. 

"Pola masih sama, akibat tekanan coal ekspor, indeks harga turun, termasuk HBA. Dengan indeks industri yang turun tajam, saya melihat di kuartal kedua justru akan dihadapkan pada tekanan yang cukup besar dibanding kuartal I," kata Singgih saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (7/5).

Ia mengungkapkan, potensi pasar ekspor memang masih terbuka. Namun, negara produsen dan eksportir batubara lainnya, seperti Australia juga akan bersaing untuk memperebutkan pasar di tengah pandemi.

"Apalagi Australia juga belum ada keinginan untuk menurunkan volume produksi. Tentu dengan zonasi pasar ekspor yang relatif sama, batubara Indonesia masih akan tertekan," tambahnya.

Terkait dengan produksi, Singgih menyebut bahwa realisasi produksi batubara nasional di triwulan pertama tahun ini memang masih terjaga sesuai rencana. Sedangkan untuk di kuartal kedua, ia memprediksi hanya perusahaan-perusahaan besar yang mampu menghadapi tekanan finansial yang akan bisa mempertahankan kapasitas produksi di periode ini.

Namun, untuk perusahaan Izin Usaha Pertambangan (IUP) skala kecil nasibnya akan berbeda. Menurut Singgih, IUP skala kecil apalagi yang kualitas kalori batubaranya rendah, di bawah 4.200 kcal/kg, akan sangat tertekan secara bisnis maupun kemampuan operasional.

Dalam kondisi saat ini, Singgih berpendapat pemerintah harus mengambil langkah dalam mempertahankan target operasional. Menurutnya, pemerintah perlu menyiapkan insentif untuk membantu perusahaan agar bisa bertahan dari tekanan pasar. Apalagi pemerintah juga meminta agar perusahaan tambang tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Baca Juga: Golden Energy Mines (GEMS) targetkan produksi batubara kuartal II capai 8,3 juta ton

"Pemerintah sudah harus menyiapkan sikap yang lebih jelas untuk mempertahankan operasi saat ini. Seperti perhitungan pembayaran nilai royalti dan mekanisme waktu pembayaran," kata Singgih.

Dihubungi terpisah, Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arief bilang, pergerakan pasar dan harga batubara hingga akhir tahun harus diwaspadai. Sebab, perilaku dan pola konsumsi negara-negara diperkirakan akan berubah di tengah maupun setelah masa pandemi.

Kendati begitu, Irwandy memprediksi tekanan pasar dan harga tidak akan secara otomatis menurunkan tingkat produksi batubara nasional. Menurutnya, karakteristik pertambangan tidak bisa secara tiba-tiba mengurangi produksi karena sebagian besar perusahaan harus memenuhi kontrak baik dengan pembeli maupun kontraktor.

Alhasil, dampak secara operasional tidak akan terasa dalam waktu yang singkat. "Mengurangi produksi tiba-tiba berarti mengurangi alat-alat produksi dan pekerja, biayanya sama dengan menggunakan alat sesuai rencana. Sehingga dampak Covid akan terlihat dalam jangka waktu yang lebih panjang," tandas Irwandy.

Baca Juga: Imbas corona, harga batubara acuan (HBA) Mei melorot jadi US$ 61,11 per ton

Dalam catatan Kontan.co.id, penurunan harga batubara sudah terjadi selama dua bulan terakhir. Sejak bulan Januari 2020, HBA mengalami fluktuasi. Pada bulan Januari, HBA tercatat US$ 65,93 per ton (turun dari US$ 66,30 di Desember 2019), kemudian naik di Februari (US$ 66,89) dan Maret (US$ 67,08).

Lalu HBA mengalami penurunan pada April menjadi US$ 65,77 dan di Mei menjadi US$ 61,11 per ton. Adapun, dari sisi produksi, realisasi produksi batubara nasional hingga April 2020 mencapai 187 juta ton atau setara dengan 34% dari target tahun 2020 yang mencapai 550 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×