Reporter: Albertus M. Prestianta | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Perusahaan konstruksi pelat merah, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) giat menggenjot bisnis pembangkit listrik. Melalui anak usahanya, WIKA Jabar Power, WIKA sedang menggarap proyek pengadaan listrik panas bumi.
Sekretaris Perusahaan WIKA, Natal Argawan menuturkan, WIKA telah mengantongi izin pengelolaan wilayah kerja pertambangan (WKP) Gunung Tampomas di Sumedang, Jawa Barat. "Kami sudah melakukan survei," ujarnya, Jumat (20/7).
Setelah survei tuntas, WIKA akan mengebor (drilling) untuk mencari panas bumi yang bisa menghasilkan listrik.
Menurut Natal, kegiatan pengeboran sumur eksplorasi panas bumi ini berisiko sangat besar. Untuk itu perlu pembuktian dengan menemukan satu reservoir aktif terlebih dahulu. "Kami harus mengebor dan mengetes sumur untuk mengidentifikasi area yang produktif dari WKP Tampomas," jelasnya.
Untuk tahap pertama, akan dibor dua sumur dari rencana tujuh sumur. Ongkos mengebor satu sumur mencapai US$ 5 juta. Setelah pengeboran selesai, WIKA akan membangun konstruksi pembangkit listrik geotermal.
Namun, Natal belum bisa menargetkan penyelesaian pengeboran dan pembangunan konstruksi tersebut. "Yang jelas, prosesnya bertahap," ujarnya.
Investasi sendiri
WIKA Jabar Power membutuhkan US$ 110 juta di proyek geotermal ini. Kapasitas pembangkit listrik ini ditargetkan sekitar 40 MW.
Sebagai catatan, Jabar Power adalah perusahaan patungan. WIKA memegang saham mayoritas, yakni sebesar 55 %. Sisanya dipegang PT Jasa Sarana (40%) dan PT Resources Jaya Teknik Management (5%).Kalau sudah beroperasi, listrik dari WIKA ini untuk menyuplai kebutuhan listrik di Sumedang dan sekitarnya selama 30 tahun.
Selain proyek pembangkit listrik yang digarap secara patungan, WIKA juga melakukan investasi sendiri di pembangkit listrik. menurut Direktur Utama WIKA Bintang Perbowo, upaya ini bertujuan menopang kinerja WIKA ke depan.
"Perseroan harus memikirkan pemasukan lain berupa recurring income, di luar pendapatan dari pengerjaan proyek," ujar Bintang saat berkunjung ke redaksi KONTAN, Kamis (19/7).
WIKA serius berbisnis pembangkit listrik karena kebutuhan listrik di Indonesia sangat besar. Sebagai gambaran, kebutuhan listrik di Sumatera saja mencapai 40.000 MW. "Ada potensi besar di situ," ujar Bintang.
Natal menuturkan, WIKA juga baru saja mendapatkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Rawa Minyak berkapasitas 1x25 MW dengan nilai investasinya sebesar Rp 170 miliar.
Pembangunan konstruksi pembangkit ini akan dimulai bulan depan dan selesai setahun kemudian. PLTG ini diperkirakan beroperasi pada pertengahan 2013.
Dengan adanya PLTG Rawa Minyak ini, WIKA akan memiliki total lima investasi di pembangkit listrik. Dari keempat pembangkit ini akan berkontribusi sebesar 10% terhadap laba bersih WIKA di tahun ini. "Ekspektasi kami, laba bersih tahun ini sebesar Rp 430 miliar," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News