Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk sedang menjajaki proyek Pelabuhan Sorong di Papua Barat. Perusahaan pelat merah itu berminat menjadi investor sekaligus kontraktor untuk proyek yang sedang ditangani oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II.
Pelindo II bakal membangun pelabuhan di atas lahan seluas 7.500 hektare (ha) dengan nilai investasi Rp 3,5 triliun. "Kami berminat ke sana dan akan berkomunikasi dengan Pelindo II," kata Adji Firmantoro, Direktur Keuangan PT Wijaya Karya Tbk, Jumat (14/8).
Proyek tersebut akan mulai dibangun pada akhir tahun ini. Lantas, target penyelesaian proyek adalah tahun 2017 atau tahun 2018.
Wijaya Karya tak khawatir soal pendanaan karena masih memiliki dana dari pinjaman bank sekitar Rp 2 triliun yang belum dicairkan. Selain itu, ada pula sumber dana dari rencana penerbitan obligasi senilai Rp 1 triliun pada akhir tahun 2016.
Sembari menanti hasil penjajakan dengan Pelindo II, Wijaya Karya akan menggarap proyek high speed railways (HRS) atau kereta cepat Jakarta-Bandung di semester II-2015. Proyeksi nilai investasi kereta api cepat tersebut mencapai Rp 50 triliun.
Sebelumnya, manajemen Wijaya Karya sudah menetapkan target porsi partisipasi dalam proyek itu. Jika kontraktor asing memiliki 40% dan domestik 60%, Wijaya Karya mengincar porsi 30% dari porsi domestik. Dengan begitu, hitungan jatah investasi Wijaya Karya sesuai target porsi adalah Rp 9 triliun.
Selain menggarap proyek yang sudah ada di tangan, Wijaya Karya juga memacu diri demi menambah kontrak anyar. Perusahaan berkode saham WIKA di Bursa Efek Indonesia itu mengaku siap meneken kontrak anyar pada kuartal IV-2015. Kontrak tersebut mereka menangkan pada kuartal III-2015.
Lantaran masih tergolong lancar mengulik kontrak anyar, Wijaya Karya pun mempertahankan target. "Kami membidik kontrak baru hingga Rp 31 triliun sampai akhir tahun," ujar Adji.
Hingga Juli 2014, Wijaya Karya mencatatkan kontrak anyar senilai Rp 14 triliun. Mayoritas kontrak anyar berasal dari tender proyek pemerintah dan perusahaan BUMN. Barulah dalam porsi minoritas berasal dari proyek perusahaan swasta.
Wijaya Karya berharap bisa membukukan penjualan bersih Rp 16 triliun pada akhir tahun 2015. Target itu lebih besar 28,41% ketimbang realisasi pendapatan tahun 2014 yakni Rp 12,46 triliun.
Dari target penjualan itu, Wijaya Karya ingin mengantongi laba bersih Rp 688 miliar. Jika target terpenuhi, perusahaan akan mencatatkan pertumbuhan laba 11,84%.
Sepanjang semester I-2015 kemarin, kinerja top line maupun bottom line Wijaya Karya kompak menyusut. Penjualan bersih tercatat Rp 4,78 triliun atau turun 18,29% dari penjualan bersih semester I-2014 yakni Rp 5,85 triliun.
Sementara laba tahun berjalan mereka pada semester I-2015 adalah sebesar Rp 219,88 miliar. Laba tersebut turun sekitar 36,8% dari pencapaian semester I-2014 yang sebesar Rp 348,14 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News