Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan aspal dalam negeri kian besar seiring pembangunan proyek infrastruktur. Kondisi ini mendorong produsen aspal mengerek kapasitas produksi.
Salah satunya adalah PT Wijaya Karya Bitumen (Wika Bitumen). Anak usaha PT Wijaya Karya Tbk itu berencana membangun pabrik aspal berkapasitas besar di Pulau Buton. Untuk merealisasikan rencana ini mereka telah membuat joint venture dengan investor asal China.
Rencananya kapasitas pabrik aspal ini sebesar 60.000–66.000 ton per tahun. Pabrik tersebut bakal didirikan di tanah seluas 3 hektare (ha) sampai 5 ha dengan investasi US$ 16,5 juta.
Arifin Fahmi, Direktur Utama Wika Bitumen bilang, pihaknya tengah menjajaki kerja sama dengan mitra bisnis dari Dafeng, China. "Mitra bisnis kami di Dafeng akan membuka letter of credit April 2018," ujarnya saat dihubungi KONTAN, Senin (26/3).
Tahun ini, Wika Bitumen bakal melakukan joint venture dengan perusahaan China untuk memasok Buton Rock Asphalt (BRA) sebanyak 5.000 ton senilai US$ 400.000 serta raw material 35.000 ton senilai US$ 875.000.
Arifin bilang, kerjasama tersebut berjalan selama 1,5 tahun dengan nilai joint investment US$ 16,5 juta yang saat ini masih dalam proses analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dan penyelesaian master list.
Berdasarkan catatan KONTAN, pada bulan ini, Wika Bitumen tengah memastikan kelengkapan alat-alat produksi mitra mereka di China, sembari menantikan proses Amdal yang sedang jalan. Adapun, perusahaan China bakal menyuplai sebagian besar kebutuhan produksi termasuk peralatan.
Apabila semuanya selesai terpasang, Wika Bitumen akan mulai mengimpor bahan baku sekitar Juni atau Juli 2018. Dengan begitu, perusahaan bisa kembali mengaktifkan kegiatan ekspornya pada semester II-2018.
Saat ini, Wika Bitumen juga menyelesaikan pembangunan pabrik aspal berkapasitas kecil, 2.000 ton per tahun dengan investasi Rp 34 miliar. Pabrik ini ditargetkan mulai beroperasi kuartal satu tahun ini.
PT Hakaaston, anak usaha PT Hutama Karya juga mengincar kontrak baru di bisnis aspal. Hakaaston sudah memiliki lebih 10 unit asphalt mixing plant yang tersebar di Jawa dan Sumatra.
"Tahun ini Hakaaston menargetkan perolehan kontrak Rp 2 triliun, naik sekitar 17% ketimbang 2017 yang mencapai Rp 1,7 triliun," kata Arry Aryadi, Direktur Utama Hakaaston kepada KONTAN, belum lama ini.
Saat ini, kapasitas produksi aspal beton atawa hotmix pabrik Hakaaston mencapai 100 ton–120 ton per jam. Pada 2018, Hakaaston masih memprioritaskan penyelesaian tol Trans Sumatra, ruas Palembang-Indralaya dan ruas Pekanbaru-Dumai. Kemudian, merampungan proyek overlay runway Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta beberapa ruas tol di Jakarta dan proyek mass rapid transit (MRT).
"Kontrak Carry over tahun 2017 sekitar Rp 1,3 triliun sehingga rencana on hand di 2018 sekitar Rp 3,3 triliun," ungkap Arry
Perusahaan energi asal Belanda, Shell juga memperkuat bisnis aspal setelah melihat masifnya proyek infrastruktur. Optimisme Shell itu ditunjukkan dengan membangun pabrik aspal polimer bernama Shell Cariphalte di Balaraja, Tangerang. Pabrik tersebut dioperasikan PT Buntara Megah Inti, yang juga distributor Shell Bitumen di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News