Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Pesta demokrasi di 2014 nanti membuat para pebisnis tidak berani berekspansi lebih gencar. Contohnya adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Perusahaan plat merah ini mengaku tidak terlalu berharap banyak di tahun politik tersebut. Maklum, ada sebagian proyek yang didapat Wika adalah proyek dari pemerintah. "Pertumbuhan bisnis tahun depan yang pasti tidak seperti sekarang karena tahun politik," kata Natal Indrawan, Sekretaris Korporat PT Wijaya Karya Tbk kepada KONTAN kemarin (31/10).
Sejauh ini sekitar 20% dari total proyek yang Wika kerjakan adalah proyek pemerintah. Natal melanjutkan melihat pengalaman yang terjadi sepanjang 2013 ini, penyerapan anggaran pemerintah tidak terlalu baik.
Meski demikian, Natal tetap optimistis perusahaannya sanggup mengantongi laba sebagaimana yang ditargetkan di awal tahun ini.
Ia mengklaim hingga kini Wika sudah mendapatkan pesanan kontrak (order book) sampai tahun depan mencapai sekitar Rp 23 triliun. Angka tersebut lebih tinggi ketimbang pencapaian kontrak perseroan ini pada akhir kuartal III-2013 yang hanya sebesar Rp 12,8 triliun.
Laporan keuangan Wika per kuartal III-2013 menunjukkan adanya pertumbuhan laba yang mencapai 38,03% dari perolehan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu dari Rp 313,319 miliar menjadi Rp 438,597 miliar.
Artinya perolehan laba Wika sudah mencapai 70,28% dari target laba yang dibidik sampai akhir tahun ini yang mencapai Rp 555 miliar.
Hasil ini tidak merisaukan Wika. Pasalnya, perusahaan konstruksi serta properti ini mengaku masih punya jurus jitu untuk mendongkrak laba perusahaan sampai akhir 2013 ini. "Kami masih punya kontrak yang dihadapi (order book) sebesar Rp 33,4 triliun dan masih ada proyek yang kami tunggu dengan nilai cukup besar," tandasnya.
Perusahaan ini mengaku tengah membidik proyek berupa city work dan pekerjaan pertambangan pada November dan Desember 2013 ini.
Sayangnya saat ditanya lebih lanjut mengenai nilai dan lokasi proyeknya, Natal masih merahasiakannya. Ia hanya mengisyaratkan proyek tersebut masih berada di pulau Jawa untuk city work dan Indonesi Timur untuk proyek pertambangan.
Selain itu, Wika masih harus mengejar kontrak sekitar 36% lagi karena saat ini baru mengantongi kontrak senilai Rp 12,8 triliun dari targetnya Rp 20 triliun.
Selain proyek di atas, Wika juga terus membidik beberapa kontrak baru, di antaranya konstruksi proyek pengendalian air, proyek gedung, dan proyek apartemen.
Rencananya Jumat ini (31/10), Wika bakal melakukan tiang pancang perdana (ground breaking) pabrik feronikel Pomalaa milik PT Aneka Tambang (Antam) di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Proyek bernilai $US 572 juta ini ditargetkan selesai pada kuartal II 2015. Pabrik ini rencananya akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi pabrik feronikel Antam yang sudah beroperasi di Pomalaa.
Sebelumnya, Wika berhasil mendapat dua paket proyek Mass Rapid Transit (MRT) di paket CP101 dan CP102 September silam. Dalam proyek tersebut, Wika yang tergabung dalam konsorsium Tokyu-Wika akan mengerjakan konstruksi elevated railway yang menghubungkan Lebak Bulus dengan Cipete. Proyek ini bakal memakan waktu 56 bulan.
Untuk paket CP101 ini nilai kontraknya sebesar Rp 1,02 triliun. Adapun untuk proyek paket CP 102, nilai proyeknya sebesar Rp 898,2 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News