kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

WIKA tunggu kepastian Jokowi soal MRT


Senin, 07 Januari 2013 / 19:18 WIB
WIKA tunggu kepastian Jokowi soal MRT
ILUSTRASI. Wisatawan menikmati suasana sore hari di kawasan wisata Cagar Budaya Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (1/7/2021). Cuaca hari ini di Jawa dan Bali cerah hingga hujan ringan, menurut prakiraan BMKG. ANTARA FOTO/Aji Styawan.


Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menunggu kabar kepastian proyek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dari Joko Widodo (Jokowi) selaku Gubernur DKI Jakarta.

"Kami menunggu kepastian Gubernur DKI Jakarta terkait tender (MRT) yang kami ikuti," ujar Natal Argawan, Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya.saat jumpa pers awal tahun di Jakarta, Senin (7/1). Dia berharap Jokowi cepat menyelesaikan pengkajian proyek MRT ini.

Menurut Natal, saat ini PT Wijaya Karya sudah mengikuti proses lelang paket proyek MRT tersebut. "Dari 6 paket yang di tenderkan, kami ikut 5 di antaranya. Dua paket underground, dan tiga paket yang  elevated," kata Natal.

Untuk proyek underground (jalur bawah tanah) WIKA menggandeng perusahaan asal Jepang, yaitu Shimitsu. Sementara untuk proyek elevated (jalur permukaan), WIKA menjalin kerjasama dengan Tokyo Corporation.

Sebagai informasi, sikap terakhir Jokowi soal MRT yakni meminta pemerintah menggunakan skema cost sharing pembangunan MRT sebesar 70% ditanggung oleh pusat dan 30% ditanggung daerah. 

Sebelumnya, berdasarkan keputusan Komite Percepatan Pembangunan Infrastruktur, 42% beban biaya pinjaman ditanggung pusat lewat hibah dan 58% harus ditanggung Pemprov DKI. Jokowi menganggap skema itu terlalu memberatkan karena harus menyubsidi tiket MRT agar murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×