Reporter: Handoyo, Umar Idris | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Grup Wilmar, melalui dua anak usahanya yakni PT Wilmar Bioenergi Indonesia dan PT Wilmar Nabati Indonesia, memenangkan tender pengadaan biodiesel tahap kedua yang digelar PT Pertamina. Dalam tender tahap kedua ini, Grup Wilmar memenangkan kuota biodisel sebesar 1,1 juta kilo liter (kl) untuk masa satu tahun.
Berdasarkan informasi yang diterima KONTAN, selain Grup Wilmar, perusahaan lain yang juga memenangkan tender pengadaan biodiesel Pertamina tahap kedua ini adalah PT Primanusa Palma Energi. Tapi, volume tender yang dimenangkan perusahaan ini hanya sekitar 61.800 kl.
Pemenang tender biodiesel Pertamina tahap kedua ini melengkapi lima perusahaan yang memenangkan tender sebelumnya di tahap pertama, yakni Musim Mas Grup, PT Eterindo Wahanatama Tbk, PT Darmex Biofuels, PT Pelita Agung Agri Industries, dan PT Indo Biofuels Energy. Dalam tender tahap pertama, volume biodiesel yang diserap sekitar 1,26 juta kl.
Sayangnya, Pertamina menutup rapat informasi seputar harga yang disepakati di tahap pertama maupun tahap kedua. Yang jelas, harganya di bawah harga Mean of Platts Singapore (MOPS). "Berapa pastinya, kami tidak bisa membuka," kata sumber di Pertamina. Begitu pula Grup Wilmar. "Maaf saya tidak tahu," kata MP. Tumanggor, Komisaris Grup Wilmar.
Tender biodiesel tahap kedua ini terbagi dalam 15 wilayah. Grup Wilmar menguasai 14 kluster yang tersebar di Jambi, Jakarta, Tegal, dan Surabaya. Sedangkan PT Primanusa Palma Energi memenangkan tender untuk wilayah Pontianak.
Johannes, Corporate Legal Grup Wilmar menjelaskan, perusahaannya mengandalkan pasokan biodiesel dari dua lokasi pabrik di Dumai, Riau dan Gresik, Jawa Timur untuk memasok biodiesel hasil tender Pertamina ini. "Kami hanya ingin membantu negara ini tetapi kami juga melihat dari sisi kemampuan perusahaan," kata Johannes, akhir pekan lalu.
Kini, Grup Wilmar memiliki tujuh pabrik biodiesel yang tersebar di Dumai, Provinsi Riau dan Provinsi Jawa Timur. Selama ini, kapasitas produksi biodiesel grup Wilmar sekitar 2,4 juta kl - 2,6 juta kl per tahun. Beberapa negara tujuan ekspor Wilmar antara lain Amerika Serikat, Eropa, dan Australia.
Johannes mengakui, hasil tender pengadaan biodiesel tahap kedua ini menyebabkan perubahan komposisi penjualan biodiesel Wilmar Grup. Selama ini sebagian besar biodiesel produksi Wilmar diekspor.
Khawatir harga
Seperti produsen biodiesel lain yang telah memenangkan tender tahap pertama, Grup Wilmar khawatir penjualan biodiesel ke Pertamina punya risiko besar di seputar harga jual. "Kami tidak tahu fluktuasi harga yang terjadi ke depan," kata Johannes.
Asal tahu saja, proses tender biodiesel, Pertamina memakai patokan harga dengan acuan MOPS atau harga acuan minyak bumi di Singapura dikurangi alpha (diskon dari harga MOPS). Padahal, pola pergerakan harga minyak bumi dan harga CPO (crude palm oil) yang jadi bahan baku biodiesel berbeda.
Sebelumnya, Togar Sitanggang, Senior Manager PT Musim Mas menjelaskan, fluktuasi harga minyak bumi lebih disebabkan oleh faktor politik di negara-negara produsen seperti Timur Tengah. Sedangkan harga CPO lebih dipengaruhi oleh musim dan produksi minyak nabati lain seperti kedelai dan rapeseed.
Dengan patokan harga yang Pertamina, kini harga biodiesel masih ada di bawah harga minyak bumi. Akan tetapi untuk jangka panjang, Togar khawatir. Pasalnya, "Saat ini tren harga CPO sudah mulai naik," kata Togar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News