kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

PLN gandeng 3 perusahaan sawit untuk pasok BBN


Senin, 20 Januari 2014 / 13:36 WIB
PLN gandeng 3 perusahaan sawit untuk pasok BBN
ILUSTRASI. Nokia Daftar Harga HP Nokia Terbaru 2022: Nokia C20, Nokia 5.3, Nokia 5.4


Reporter: Ranimay Syarah | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tengah menggalakkan penggunaan bahan bakar nabati (BBN) demi mengurangi ketergantungan bahan bakar minyak. Untuk itu PLN menggandeng beberapa perusahaan untuk memasok BBN.

Sudah ada tiga perusahaan yang siap memasok Prossesed Palm Oil (PPO) atau bahan bakar nabati berbahan bakar minyak kelapa sawit. Mereka adalah PT Sinar Mas Agro Resources (Smart), PT Wilmar Nabati Indonesia, dan PT Wilmar Cahaya Indonesia.

Direktur Utama PLN, Nur Pamudji menuturkan bahwa mulai saat ini PLN tengah mengupayakan pemanfaatan BBN secara berkelanjutan. Tadinya banyak perusahaan yang sudah diajak, namun baru 3 perusahaan yang menyatakan kesiapannya.

Menurut Nur, kedepan akan ada beberapa perusahaan perkebunan lainnya yang akan menyusul untuk kerjasama, salah satunya Group Astra.

"Realisasinya setahun sudah selesai, jadi tahun 2015 sudah beroperasi pembangkit dengan BBN. Nilai investasinya Rp 8 miliar yang berlokasi di 7 kota dalam 3 provinsi, " kata Nur, Senin (20/1).

Untuk PT Smart Tbk akan memasok PPO sebanyak 3.320 ton untuk pembangkit listrik di Sumatera Utara. PT Wilmar Cahaya memasok 2.500 ton PPO untuk provinsi Kalimantan Barat, serta PT Wilmar Nabati memasok 1.250 ton PPO untuk provinsi Riau.

Franky O. Widjaja Chairman PT Smart mengaku ini baru pertama kalinya Smart bekerjasama dengan PLN untuk pembangkit listrik, biasanya Smart selalu mengalokasikan hasil kelapa sawit untuk ekspor daripada kebutuhan dalam negeri.

"Kalau kita punya kapasitas 12,5 KL yang terpakai di dalam negeri hanya 2,25 KL karena permintaan dalam negeri kecil dan sisanya kebanyakan diekspor, " kata Franky, yang ditemui di kantor Pusat PLN Jakarta (20/1).

Ia juga menambahkan jika kebutuhan CPO domestik meningkat, maka bisa mendongkrak harga CPO di pasar global, yang otomatis akan menguntungkan produsen CPO.

"Dengan ini (bahan bakar nabati) bukan hanya efisiensi untuk PLN, tapi juga negara. Sebab PPO ini tidak disubsidi pemerintah " tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×