Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Ketika produsen rokok ramai-ramai mulai menjauhi jenis rokok kretek atau sigaret kretek tangan (SKT), lain cerita dengan PT Wismilak Inti Makmur Tbk. Produsen rokok Wismilak ini justru menaruh perhatian besar pada bisnis SKT yang mereka geluti.
Hal itu terlihat dari alokasi belanja modal yang cukup besar untuk menambah kapasitas pabrik SKT. Dari total anggaran belanja modal alias capital expenditure Rp 60 miliar–Rp 70 miliar tahun ini. Manajemen Wismilak Inti ingin mencuil 40% atau Rp 24 miliar–Rp 28 miliar untuk rencana itu.
Selain untuk memperluas pabrik, Wismilak Inti akan memakai belanja modal 2015 untuk memperbaiki kualitas rokoknya.
Perusahaan berkode WIIM di Bursa Efek Indonesia itu memiliki dua pabrik SKT di Jawa timur, yakni Surabaya dan Bojonegoro. "Kami akan tambah kapasitas pabrik di Bojonegoro," kata Sekretaris Perusahaan Wismilak Surjanto Yasaputera kepada KONTAN, Kamis (8/1).
Sayangnya, manajemen perusahaan ini belum bisa memaparkan detail rencana penambahan kapasitas pabrik SKT Bojonegoro itu. Yang pasti, Wismilak Inti menargetkan, penambahan kapasitas pabrik SKT sudah bisa terealisasi di akhir tahun 2015.
Sebagai catatan, saat ini kapasitas pabrik SKT Bojonegoro sekitar 1.000 karton per minggu. Satu karton berisi 10.000 batang rokok. Itu berarti, total produksi pabrik SKT Bojonegoro adalah 10 juta batang rokok per minggu.
Sementara pabrik SKT Surabaya memproduksi sekitar 600–700 karton per minggu. Itu berarti total produksi rokok SKT di pabrik Surabaya adalah 6 juta–7 juta batang rokok per minggu.
Jadi total produksi rokok SKT Wismilak saat ini sekitar 12 juta–17 juta batang rokok seminggu. Atau total 832 juta –884 juta batang rokok SKT dalam setahun.
Sementara di kategori rokok sigaret kretek mesin (SKM), Wismilak Inti tak berencana menambah kapasitas. Pasalnya, dari kapasitas mesin terpasang 4 miliar batang per tahun saat ini, sepanjang 2014 mereka baru memanfaatkan sekitar 45%–50% saja.
Dengan begitu, total produksi rokok SKM Wismilak Inti tahun lalu sekitar 1,8 miliar–2 miliar batang rokok SKM setahun.
Target tumbuh
Tahun ini, perusahaan itu memprediksi tingkat utilisasi produksi rokok SKM adalah 50%–60%.
Secara volume, Wismilak Inti memperkirakan tahun ini rata-rata permintaan rokok SKT dan SKM akan tumbuh 20%. Kalau diperinci, pertumbuhan permintaan rokok SKM bisa mencapai 40%. Sementara pertumbuhan permintaan rokok SKT hanya 10%.
Wismilak Inti masih mengandalkan produk rokok yang sudah ada alias tak menelurkan merek anyar. Pilihan itu bukan tanpa alasan. "Produk baru belum ada karena kalau tambah produk kami juga harus punya strategi untuk mengantisipasi menuju dua miliar batang," ujar Surjanto.
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan tiga golongan industri rokok dengan besaran cukai berbeda. Golongan I yaitu industri dengan produksi di atas dua miliar batang rokok per tahun.
Golongan II yaitu industri dengan produksi 300 juta sampai dua miliar batang rokok per tahun. Golongan III yaitu industri dengan produksi di bawah 300 juta batang rokok per tahun.
Selain mengandalkan tambahan kapasitas produksi, Wismilak Inti berencana mengerek harga jual rokok bertahap sebesar 8%–10% tahun ini. Dus, perusahaan itu optimistis bisa mencetak pertumbuhan pendapatan 25%–30% tahun ini ketimbang 2014.
Hingga saat ini belum ketahuan kinerja Wismilak Inti sepanjang 2014. Perusahaan itu belum bisa mengungkapkan capaian total volume produksi dan pendapatan tahun lalu. Dengan alasan, perusahaan itu masih menghitung kinerjanya. Pendapatan hingga September 2014 adalah Rp 1,18 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News