kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Wow, berbondog-bondong memborong singkong


Jumat, 17 September 2010 / 07:00 WIB
Wow, berbondog-bondong memborong singkong


Reporter: Raka Mahesa W |

JAKARTA. Peluang budidaya singkong bakal kian menjanjikan. Jika selama ini singkong dianggap sebelah mata dan hanya digunakan terbatas untuk produksi bioethanol, pemerintah sudah membuat program agar singkong bisa menjadi alternatif makanan pokok selain beras. Walhasil, peluang budidaya pun terbuka lebar.

Catatan saja, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian berencana menggenjot divesifikasi sumber pangan masyarakat, salah satunya singkong. Ini sesuai dengan gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).

Agar masyarakat mau membudidayakan singkong alias ubi kayu, Kementerian Pertanian bakal memberi banyak insentif. Menurut Mulyono Machmur, Kepala Pusat Kosumsi dan Keamanan Pangan Kementerian Pertanian bilang, insentif itu antara lain anggaran Rp 2 juta per desa untuk merangsang agar warga mau menanam ketela pohon di pekarangan rumahnya.

Program ini akan dilakukan di 4.000 desa pada 2011 mendatang. Setiap desa juga akan diberikan alat untuk mengubah singkong menjadi tepung dengan anggaran Rp 6,5 juta per desa. Total anggaran tahun depan yang disiapkan Kementerian Pertanian mencapai Rp 203 miliar. Dana ini melonjak 227,41 % dibanding tahun 2009 yang sebesar Rp 62 miliar.

Masih menjanjikan

Menurut Achmad Suryana, Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, pemberian insentif dan kenaikan anggarn tersebut merupakan strategi mengatasi kian menurunnya produksi beras.

Maklum, saat ini alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan fasilitas lain mencapai 100.000 hektare (ha) per tahun. Sedang kemampuan pemerintah menciptakan lahan baru hanya maksimal 30.000 ha per tahun. Akibatnya, luas lahan pertanian berkurang signifikan tiap tahun. Dalam lima tahun terakhir, secara nasional, rata-rata konversi lahan pertanian mencapai 8.000 ha per tahun, dan terus naik tiap tahun.

Karenanya, melalui P2KP, Kementerian Pertanian adalah penuruanan konsumsi beras sebesar 1,5% setiap tahun. Belum lagi diperkirakan pada Maret 2011 mendatang tepung terigu akan naik berkali lipat akibat krisis gandum Rusia. “Kami akan lebih mengarahkan kepada produksi tepung singkong, terlebih sudah ada teknologi beras singkong,” kata Achmad Suryana, (16/9).

Menurut Rhomy Irawan, Sekretaris Asosiasi Petani Singkong Indonesia (APSI), bisnis singkong menjanjikan. tidak Hingga panen terakhir tahun 2010 di bulan Agustus kemarin, penjualan singkong berlangsung lancar.

Permintaan singkong juga cenderung naik, terutama dari industri makanan seperti makanan ringan, tepung tapioka, dan mi instan.

Demikian pula dari sisi produksi cenderung meningkat. Jika pada 2006, dengan total lahan sekitar 1,2 juta hektare, mampu memproduksi 19,9 juta ton, pada tahun lalu produksinya sudah mencapai 22,85 juta ton.

Dari sisi harga, singkong juga relatif stabil. Saat ini, harga jual singkong di tingkat petani berada di kisaran Rp 500 hingga Rp 700 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×