kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produksi Singkong Naik, Lahan Justru Mengkerut


Jumat, 23 April 2010 / 08:12 WIB


Sumber: KONTAN |

JAKARTA. Tren produksi singkong mengalami peningkatan dalam satu dekade terakhir ini. Kendati tidak meningkat secara drastis, namun pertumbuhan produksi singkong tersebut layak mendapat perhatian karena area tanamnya justru makin susut ditengah kebutuhan singkong sebahagai bahan baku bioethanol sekaligus alternatif pangan lokal.

Data yang dirilis oleh Kementerian Pertanian menunjukkan produksi singkong pada tahun 2000 sebesar 16,1 juta ton; naik menjadi 19,4 juta ton pada tahun 2004 dan terus mumbul menjadi 22 juta ton pada tahun 2009. Kenaikan tersebut disebabkan oleh membaiknya produktivitas tanaman singkong di sejumlah sentra produksi seperti Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

“Petani sudah banyak yang melakukan pemupukan dan pengolahan lahan sehingga produktivitas meningkat,” ujar Direktur Budidaya Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Muchlizar Murkan di Jakarta, Kamis (22/4). Jika petani tidak menyadari betapa pentingnya pemupukan dan pengolahan tanah, imbuh Muchlizar, produksi ubikayu tidak akan terdongkrak.

Muchlizar membeberkan, tingkat produktivitas lahan yang ditanami ubikayu pun jugaa terus menanjak. Setiap satu hektar area tanam mampu menghasilkan 125 kuintal per hektar, pada tahun 2000; terus naik menjadi 155 kuintal per hektar pada tahun 2004, dan naik menjadi 188 kuintal per hektar pada tahun 2009.

Sayangnya, pertumbuhan produksi ubikayu ini tidak dibarengi dengan pertumbuhan area tanamnya. Pada tahun 2000, area tanam ubikayu seluas 1,3 juta hektar; terus turun menjadi 1,2 juta hektar pada tahun 2004, dan pada tahun 2009 area tanamnya mengkerut menjadi 1,1 juta hektar (Lihat tabel).

Menurut Muchlizar, ada dua penyebab luas area tanam singkong semakin menyusut. Pertama, petani mulai mengalihkan lahannya untuk menanam tanaman pangan yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Maklum saat ini harga jual singkong masih cukup rendah, rata-rata Rp 500 per kg. Namun di beberapa daerah seperti Trenggalek dan Pati harganya mencapai Rp 700-Rp 900 per kg.

Kedua, pemerintah mengontrol harga jual singkong agar tidak terus anjlok. Caranya, dengan menekan produksi singkong agar tidak terlalu berlebihan. Pemerintah memilih untuk menjaga tingkat produksi sesuai dengan kebutuhan industri maupun masyarakat, yaitu sekitar 20 juta ton per tahun.

Hanya saja, rencana pemerintah untuk mulai menggunakan bioethanol berbahan baku singkong merupakan peluang bagi petani singkong untuk menggenjot produksi singkongnya. “Jika rencana jadi diaplikasikan dan ada pembeli siaga, kita siap meningkatkan produksi," tegas Muchlizar.

Tahun ini, pemerintah mematok produksi singkong nasional sebesar 22,2 juta ton dengan luas lahan 1,1 juta hektar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×