kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis farmasi berpeluang tumbuh tahun ini


Senin, 01 Januari 2018 / 22:11 WIB
Bisnis farmasi berpeluang tumbuh tahun ini


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis farmasi di awal tahun 2018 ini masih dipandang prospektif. Potensi dilihat tidak banyak berubah dibandingkan tahun lalu.

Menurut Vidjongtius, President Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) produk farmasi sudah menjadi kebutuhan yang pokok. "Oleh karena itu pasar biasanya relatif stabil," katanya kepada Kontan.co.id (1/1).

Apalagi dengan diterapkannya program Badang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan (BPJS) oleh pemerintah menjadikan perusahaan farmasi memiliki pundi-pundi penghasilan yang konsisten tiap tahunnya.

Vidjongtius menjelaskan, program BPJS yang terus diterapkan hingga tahun ini menjadikan market masih stabil.

Sekadar catatan, sampai kuartal tiga 2017 penjualan obat resep KLBF tumbuh 5,8% menjadi Rp 3,26 triliun. Di mana pada periode yang sama tahun lalu hanya Rp 3,08 triliun.

Selain kebutuhan BPJS, perseroan melihat awal tahun yang didera musim penghujan bakal mempengaruhi trend konsumsi obat-obatan. "Produk vitamin biasanya (penjualan) bisa lebih membaik karena konsumen butuh tindakan preventif," urai Vidjongtius.

Di pasar ekspor perseroan juga tengah memperlebar sayap bisnisnya. Sebelumnya KLBF sudah penetrasi pasar Filipina, Myanmar, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Obat non-resep pabrikan misalnya, dengan merek Mixagrip saat ini menjadi market leader di Myanmar.

Selain itu, produk nutrition food/drink dengan merek Diabetasol juga menjadi market leader. Vidjongtius menyebutkan bahwa Asean masih menjadi market dominan perseroan, dimana KLBF ingin fokus di sana.

"Peluangnya (ekspor) bisa membaik di 2018 walaupun masing-masing negara di Asean masih ada peraturan-peraturan baru yang harus dilalui," sebut Vidjongtius.

Sampai kuartal tiga 2017 penjualan ekspor berkontribusi sebesar 5,5% dari total penjualan KLBF yang senilai Rp 15,08 triliun. Penjualan ekspor yang sebesar Rp 830 miliar tersebut naik 16% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 713 miliar.

Sementara itu, Steven Setiawan, Direktur PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) mengatakan pasar farmasi dan obat-obatan dinilai masih belum banyak berubah.

"Bisnis farmasi tahun 2018 diperkirakan tidak banyak berbeda dibanding tahun 2017. Di mana orang sakit tetap memerlukan pengobatan," ujarnya kepada KONTAN (1/1).

Lebih lanjut Steven menerangkan bahwa Pyridam optimistis bisa mencapai pertumbuhan 5% sampai akhir tahun 2017. Itu artinya perseroan menargetkan penjualan bersih dikisaran Rp 226 miliar, di mana di tahun lalu pendapatan tercatat Rp 216 miliar.

Soal capital expenditure (capex) di 2018, Steven belum bisa menerangkan secara rinci. Sedangkan peruntukannya adalah untuk. Yang jelas akan ada pembelian beberapa mesin produksi dan peralatan laboratorium.

Menilik laporan keuangan perseroan kuartal ketiga 2017, total pendapatannya mencapai Rp 168 miliar. Jumlah tersebut tumbuh 5% dibandingkan pendapatan periode yang sama tahun lalu, Rp 160 miliar.

Meski beban pokok penjualan naik 10%, dari Rp 59 miliar menjadi Rp 65 miliar di kuartal ketiga tahun ini, namun beban keuangan turun 16% menjadi Rp 2 miliar. Laba bersih PYFA pun terkerek naik 82%, dari Rp 2,8 miliar menjadi Rp 5,1 miliar.

Segmen farmasi dan jasa maklon mendominasi bisnis PYFA pada kuartal ketiga 2017 sebanyak 98% atau Rp 162 miliar. Lini usaha ini tumbuh 5,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 153 miliar.

Sedangkan ekspor meningkat hingga 4 kali lipat. Di mana kuartal ketiga tahun lalu tercatat Rp 165 juta, sedangkan periode yang sama tahun ini menjadi Rp 701 juta.

Di sisi lain, Direktur Utama PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami memandang obat generik masih menjadi penopang industri farmasi tahun ini. Adapun pendapatan Phapros sampai semester 2017 lalu didominasi oleh generik sebanyak 50%.

Selain pasar domestik perusahaannya juga melakukan pengembangan bisnis di luar negeri di 2018 seperti di Myanmar. "Entry barrier untuk investasi farmasi di Myanmar tidak terlalu rumit. Ditambah, pemerintah setempat sedang getol menerima investasi asing," terang Emmy, sapaannya.

Asal tahu saja, untuk tahun 2017 Phapros menargetkan pendapatan Rp 1 triliun dengan laba bersih hingga Rp 100 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×