kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cara radio siaran bertahan


Selasa, 23 Agustus 2016 / 19:04 WIB
Cara radio siaran bertahan


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Dadan M. Ramdan

JAKARTA. Hampir 14 tahun sejak kelahiran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, secara kuantitatif jumlah radio siaran di tanah air mengalami lonjakan yang fantastik. Pada 1998, jumlah stasiun radio kurang dari seribu. Saat ini, jumlahnya sekitar 3.000 lembaga penyiaran radio apabila merujuk pada data Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Memang, dari sisi kuantitatif, terjadi peningkatan jumlah stasiun radio karena tidak terlepas dari semangat reformasi yang berimbas pada mudahnya memperoleh izin siar. Tapi seiring pesatnya pertumbuhan internet, pengelola stasiun radio dihadapkan pada tantangan besar, yakni bergesernya pola konsumsi media. Popularitas radio  semakin memudar setelah digilas televisi, dan sekarang pendengarnya disedot beragam media di internet. Orang kini dengan mudah mendapatkan berita dan hiburan atau lagu di jejaring dunia maya. Beragam informasi berserakan di Facebook, Twitter, Instagram, dan media sosial lainnya. Segala jenis lagu, lawas dan terbaru, komplit di Youtube. Tak pelak, konsumen media kini ramai-ramai beralih ke media online, terutama media sosial dan aplikasi mobile.

Bisa dibilang, khalayak saat ini hanya mendengarkan radio ketika berkendara mobil untuk mendengarkan lagu pengusir kantuk atau mendengarkan informasi lalu lintas guna menghindari kemacetan. Laporan penelitian NPD Group di Amerika Serikat yang dirilis April 2012 menunjukkan, anak muda saat ini lebih mendengarkan musik lewat layanan streaming ketimbang radio FM/AM. Bahkan fenomena kemunculan Spotify, pemutar lagu streaming, dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan bakal menggerus eksistensi radio siaran, juga pemutar lagu iPod sampai iTunes. Spotify yang resmi hadir di Indonesia sejak 30 Maret 2016 memiliki kelebihan dari radio, seperti koleksi lagu super lengkap, sangat personal, dan mudah dioperasikan.

Pesatnya pertumbuhan internet dewasa ini menjadi tantangan bagi pengelola studio radio siaran untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan konten. Jika tidak, eksistensi radio akan tersisihkan oleh daya tarik media internet yang mampu menyajikan semua kebutuhan konsumen. Miftah Sunandar, Presiden Direktur PT Miftah Putra Mandiri, perusahaan yang menaungi Radio MPM Cemerlang, mengatakan, pengelola radio kudu beradaptasi terhadap tren yang berkembang. “Kalau tidak bisa adaptasi dengan kemajuan teknologi, ya, selesailah. Radio tradisional mati perlahan,” katanya.

Agar radio siaran tetap eksis, Miftah bilang, menata ulang strategi bisnis mutlak karena persaingan mendapatkan iklan semakin berat. Sebab itu, MPM Cemerlang menambah layanan streaming, sehingga pendengar bisa mengakses informasi dan hiburan kapan dan di mana pun lewat internet. “Bisnis itu harus mengikuti zaman,” imbuh pengembang properti ini.  

Hal senada diutarakan Adrian Syarkawie, Chief Executive Officer PT Mahaka Radio Integra Tbk, yang menilai streaming menjadi solusi bagi studio radio siaran untuk mengimbangi berkembangnya media internet. “Efek teknologi digital belum signifikan ke bisnis radio. Dan format streaming bisa jadi solusi untuk saat ini,” ujarnya.  Kartono, pengelola Radio Suara Bekasi, menimpali, pembenahan manajemen harus terus dilakukan untuk meningkatkan performa perusahaan dalam menghadapi persaingan. “Kuncinya sinergitas semua divisi,” sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×