kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dahlan Iskan: Era media cetak hampir selesai


Rabu, 10 April 2013 / 13:46 WIB
Dahlan Iskan: Era media cetak hampir selesai
ILUSTRASI. Tangkapan layar halaman situs aplikasi Snack Video di browser.


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Pengusaha media, Dahlan Iskan mensinyalir era bisnis media cetak hampir selesai di Indonesia. Dahlan yang kini menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut bilang, tidak akan banyak pelaku bisnis media cetak yang mampu mempertahankan bisnisnya saat ini.

Banyak hal yang menjadi pemicunya, salah satunya adalah perkembangan teknologi informasi yang kina maju. Akses informasi yang cepat melalui media internet menjadi salah satu sumber petaka bagi bisnis media cetak. “Nanti di satu kota hanya ada satu, dua atau tiga media cetak saja,” terang pemilik group bisnis Jawa Pos ini di dalam diskusi buku berjudul Dapur Media di kantor Aliansi Jurnalis Independen di Jakarta, Selasa (9/4).

Selain masalah akses informasi yang kian dekat dengan pembaca, bisnis media cetak juga berhadapan dengan ongkos produksi yang mahal. Maklum, bisnis media cetak berupa koran, tabloid serta majalah bergantung dengan harga kertas yang sumber dayanya terbatas. “Khusus majalah akan mengalami masa sulit,” imbuhnya.

Namun sebaliknya, industri media online malah bertumbuh dan mengkristal. Namun begitu, Dahlan yakin hanya beberapa situs media online saja yang bisa besar dengan skala pembaca yang banyak. “Sekarang menuju kristalisasi media online yang jumlahnya nanti akan banyak sekali,” ungkap Dahlan yang pernah menjadi Direktur Utama PLN itu.

Masa suram industri media

Peliknya nasib bisnis media khususnya cetak sudah dirasakan oleh pekerja media yang tergabung dalam Federasi Pekerja Media Independen (FSPMI). Hal ini disampaikan oleh Abdul Manan, Ketua Umum FSPMI dalam kesempatan yang sama.

Manan menyebutkan, dari 3.000 media termasuk cetak, online, elektronik yang beroperasi di Indonesia, hanya segelintir yang bisa dibilang menguntungkan secara bisnis.  “Dalam catatan kami, hanya ada 300 media atau 10% yang mencatat untung dalam bisnis media,” jelasnya.

Kondisi memprihatinkan terjadi di industri media cetak. Bahkan saat ini masih ada media yang saat ini kadang terbit terkadang tidak. Sebab, kepentingan mendirikan media bukan bertujuan untuk melayani informasi, melainkan untuk kepentingan lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×