Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Walaupun media kini menjadi andalan informasi tentang nasib dan kondisi pekerja, namun di sisi lain, stake holder media dinilai belum peduli terhadap nasib pekerja di medianya sendiri.
Hal ini diungkapkan oleh Basil Triharyanto, salah satu penulis buku Dapur Media dalam acara bedah buku di kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, Selasa (9/4). "Bahkan dari 180-an media di Group Jawa Pos hanya ada satu media yang sudah memiliki serikat pekerja," ungkap Basil.
Ia bilang, media di bawah naungan di Group Jawa Pos yang memiliki serikat pekerja adalah Pontianak Pos. "Dan tidak mudah bagi Pontianak Pos memiliki serikat pekerja, karena melewati tekanan terlebih dahulu," terang Basil.
Tidak hanya di Group Jawa Pos, kata Basil, banyak media lain baik di media cetak dan elektronik yang juga belum memiliki serikat pekerja yang merupakan amanat Undang-Undang Tenaga Kerja. "Dari 3.000 media yang ada, catatan kami hanya ada 30 media yang memiliki serikat pekerja," terangnya. Sisanya kata Basil, buruh media belum memiliki serikat pekerja ataupun serikat karyawan.
Sedikit data berbeda disampaikan oleh Abdul Manan, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Media Independen (FSPMI). Ia memperkirakan, hanya ada 35 serikat pekerja di media. "Dan tidak seluruh 35 serikat itu kondisinya baik-baik saja, padahal serikat pekerja penting untuk memperjuangkan hak-hak pekerja," jelas Manan.
Ia menilai, pemilik media seakan-akan takut dengan serikat pekerja. Padahal, dengan adanya serikat pekerja, karyawan bisa lebih sejahtera dan berujung pada produktifitas. "Tapi sayangnya pemilik media alergi dengan serikat pekerja," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News