kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Demi pulihkan ekonomi nasional, Kemenperin terus menarik investasi baru


Sabtu, 06 Maret 2021 / 17:28 WIB
Demi pulihkan ekonomi nasional, Kemenperin terus menarik investasi baru
ILUSTRASI. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian fokus untuk terus meningkatkan investasi di tanah air.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian fokus untuk terus meningkatkan investasi di tanah air. Sebab, upaya strategis tersebut dapat mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional akibat dari dampak pandemi Covid-19.

“Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, bahwa kunci pertumbuhan ekonomi kita adalah di investasi. Maka itu, Kemenperin aktif berkontribusi dalam menarik investasi baru, khususnya sektor industri,” terang Menteri Perindustrain Agus Gumiwang Kartasasmita dalam siaran pers di situs Kementerian Perindustrian, Sabtu (6/3).

Kemenperin mencatat,terdapat 81 proyek dengan total nilai investasi sebesar Rp 921,84 triliun yang akan dipacu realisasinya untuk pengembangan proyek hilirisasi dalam kurun waktu tahun 2023-2030. Dari total investasi tersebut, diperkirakan bakal menyerap tenaga kerja sebanyak 125.286 orang.

“Dari investasi ini, tentunya akan menciptakan lapangan kerja yang banyak. Hal ini yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Selain itu juga akan mengurangi tingkat pengangguran, baik itu karena pandemi atau angkatan kerja baru,” papar Agus.

Baca Juga: Kementerian Perindustrian berupaya membenahi 9 hambatan pelaku industri

Di sektor hilirisasi petrokimia, Kemenperin terus mendorong realisasi investasi pengembangan industri petrokimia PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, yang akan menghasilkan produk olefin dan aromatik.

Berikutnya, Kemenperin memacu hilirisasi nikel dalam rangka meningkatkan nilai tambah bahan baku nikel dan kobalt yang tersedia di Indonesia. Bahan baku ini dapat digunakan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. “Saat ini, secara total kita punya 30 smelter yang beroperasi, kemudian yang sedang konstruksi 20 smelter, dan dalam tahap feasibility study sebanyak sembilan smelter,” sebut dia.

Smelter ini berperan untuk menguatkan struktur industri dalam negeri agar lebih berdaya saing di kancah global.

Agus menuturkan, implikasi dari kebijakan hilirisasi tersebut adalah tumbuhnya industri logam dasar di tahun 2020 sebesar 5,87%. Ekspor dari industri logam juga tumbuh 30% di tahun lalu, bahkan mampu menyumbang devisa negara hingga US$ 22 miliar. 

Baca Juga: Relaksasi PPnBM, Kemenperin berharap industri optimalkan daya beli masyarakat

Saat ini, Indonesia memiliki 30% dari cadangan bijih nikel dunia, sehingga  menjadi jaminan bahan baku untuk investasi di sektor baterai kendaraan listrik yang pada akhirnya akan menarik investasi di sektor kendaraan listrik.

Beberapa perusahaan yang akan memproduksi bahan baku baterai listrik nikel-kobalt, di antaranya adalah PT QMB (Sulawesi Tengah), PT. Halmahera Persada Lygend (Pulau Obi), PT Weda Bay Nickel (Maluku Utara), dan PT Smelter Nikel Indonesia (Banten).

Sedangkan, untuk hilirisasi minyak sawit, pemerintah telah mendorong program B30 yakni berupa pencampuran 70% BBM diesel dengan 30% FAME/Biodiesel. Upaya simultan pemerintah ini untuk mengurangi impor BBM diesel sekaligus mengendalikan emisi pencemaran udara.

Baca Juga: Ada program substitusi, impor baja Indonesia turun 34% sepanjang 2020

Agus mengemukakan, realisasi penanaman modal sektor industri di tanah air tumbuh 26%, dari tahun 2019 yang mencapai Rp 216 triliun menjadi Rp 272,9 triliun pada 2020. “Kami memberikan apresiasi kepada pelaku industri atas komitmennya merealisasikan investasinya di Indonesia,” ujarnya.

Sektor industri masih konsisten memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional melalui realisasi penanaman modal. Sepanjang tahun 2020, investasi manufaktur mampu menunjukkan geliat positif, meskipun di tengah terpaan yang cukup berat akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada Januari-Desember 2020, sektor industri menggelontorkan dananya sebesar Rp 272,9 triliun atau menyumbang 33% dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp 826,3 triliun. Hasilnya, realisasi investasi secara nasional pada tahun lalu melampaui target yang dipatok sebesar Rp 817,2 triliun atau menembus 101,1%.

Baca Juga: Pemerintah terus berupaya memulihkan industri otomotif dalam negeri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×