kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ESDM gandeng Bea Cukai percepat produksi migas


Kamis, 16 November 2017 / 19:26 WIB
ESDM gandeng Bea Cukai percepat produksi migas


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi baru saja melakukan Penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Direktorat Bea Cukai Kementerian Keuangan.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Ego Syahrial bilang, kerja sama ini akan menyinergikan penggunaan teknologi sistem informasi dalam rangka pemberian fasilitas fiskal untuk kegiatan usaha hulu migas.

"Kami dari Kementerian ESDM sangat menyambut atas inisiatif ini karena ini merupakan tujuan utama kami membuat industri hulu migas kita kembali on the track," kata Ego ada Kamis (16/11).

Direktur Jenderal Bea Cukai, Heru Pambudi menambahkan dengan kerja sama ini, maka pemerintah akan memberikan insentif pembebasan bea masuk barang impor untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan pembebasan pajak barang impor baik PPN maupun PPh impor.

Dengan langkah sinergi ini juga diharapkan nilai impor bisa lebih besar.  "Penerimaan negara kami tingkatkan dan kalau ada cost recovery kami efisiensikan," ujar Heru.

Menurut Ego, pemerintah saat ini tengah berupaya untuk meningkatkan produksi migas. Pasalnya kebutuhan minyak Indonesia mencapai 1,6 juta barel per hari. Tapi produksi minyak hanya mencapai sekitar 800.000 barel per hari.

Dengan kondisi tersebut, Indonesia harus mengimpor sekitar 800.000 minyak per hari. Dana yang dibutuhkan untuk mengimpor minyak mencapai Rp 1 triliun- Rp 1,5 triliun tiap hari. Apalagi untuk memproduksi minyak dibutuhkan waktu yang lama. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi minyak dari suatu lapangan migas mencapai 10 tahun.

Makanya dengan adanya kerja sama dengan Bea Cukai, Ego berharap ada percepatan produksi minyak. Apalagi saat ini ada beberapa proyek hulu migas yang strategis seperti proyek IDD di Bangka Selat Makassar yang nilai investasinya sebesar US$ 8 miliar.

Ada juga proyek Tangguh Train 3 dengan nilai investasi sekitar US$ 8 miliar. Selain itu ada proyek Lapangan Tiung Biru, dan yang terbesar itu pengembangan Lapangan Masela yang ada di Timur Indonesia dengan nilai investasinya US$ 15 miliar - US$ 16 miliar.

Selain meningkatkan produksi, Ego memang berharap dengan adanya sinergi ini maka target investasi pada tahun depan sebesar US$ 13,5 miliar bisa tercapai. Sebab pada tahun ini target investasi migas sebesar US$ 14 miliar sulit tercapai.

"Awal tahun 2018 kegiatan investasi migas kami harapkan bergairah lagi. Banyak proyek yang groundbreaking seperti proyek Tiung Biru, pipa Duri-Dumai. Tahun depan kami harapkan lapangan-lapangan migas sudah bisa onstream," jelas Ego.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×