kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga sapi Australia naik, feedloter klaim merugi


Senin, 27 Februari 2017 / 16:56 WIB
Harga sapi Australia naik, feedloter klaim merugi


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Permintaan yang meningkat terhadap daging sapi mendorong kenaikan harga sapi bakalan dari Australia. Saat ini harga daging sapi hidup sudah mencapai US$ 3,5 per kilogram (kg). Harga tersebut jauh di atas harga rata-rata pada kondisi normal antara US$ 2,8 per kg - US$ 3 per kg. Kenaikan harga sapi ini sebenarnya sudah terjadi sejak September 2016 dan terus meningkat hingga menembus US$ 3,5 sejak awal tahun 2017.

Kondisi ini membuat feedloter harus menanggung rugi. Sebab harga daging sapi di dalam negeri mulai mengalami penurunan akibat masuknya daging kerbau impor dari India yang lebih murah dan semakin menurunnya daya beli masyarakat.

Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) Joni Liano mengatakan, saat ini harga daging sapi lokal atau yang dipotong di dalam negeri di pasaran mencapai sekitar Rp 114.000 - Rp 115.000 per kg. Penurunan harga daging ini terjadi karena permintaan yang turun. "Jadi sekarang feedloter malah merugi, karena pembeliannya mahal, tapi di pasar harga daging sedang jatuh," ujarnya kepada KONTAN, Senin (27/2).

Ia mengatakan kalau saat ini dirupiahkan maka harga dagin sapi hidup dari Australia itu setara dengan Rp 46.900 per kg dan bila dikenakan pajak 5% per kg untuk Bea Masuk (BM) maka total harganya sebesar Rp 49.245 per kg. Ini belum termasuk biaya transportasi dan tambahan lainnya.

Rata-rata berat sapi yang diimpor sektiar 340-350 kg, dan digemukkan selama 4 bulan maka akan dilepas untuk dipotong dengan berat rata-rata 450 kg. "Berat tambahan inilah yang menjadi keuntungan feedloter, tapi kalau harga sudah mahal dari sana, dan disini dijual murah, maka bisa feedloter malah merugi," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×