kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor merangsek, jualan BAJA turun di 2016


Jumat, 03 Maret 2017 / 11:19 WIB
Impor merangsek, jualan BAJA turun di 2016


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Produsen baja PT Saranacentral Bajatama Tbk kesulitan mengejar target penjualan produk baja tahun 2016 lalu. Dari target penjualan senilai Rp 996 miliar, perusahaan dengan kode saham BAJA di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut hanya bisa membungkus penjualan senilai Rp 980 miliar.

Handaja Susanto, Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk, menjelaskan, penurunan penjualan karena beberapa sebab. Faktor yang utama adalah kesulitan bersaing karena maraknya produk baja impor yang masuk ke pasar baja nasional. "Tak hanya itu, penurunan harga baja juga berpengaruh ke penjualan kami," terang Handaja, kepada KONTAN, Kamis (2/3).

Faktor lain yang menyebabkan penjualan PT Saranacentral Bajatama Tbk tidak berotot adalah minimnya permintaan di dalam negeri. Proyek-proyek konstruksi yang diharapkan bisa menopang kinerja BAJA ternyata meleset dari perkiraan. "Sampai Juli 2016, proyek konstruksi banyak yang lesu. Usai Lebaran baru bangkit dan meningkatkan penjualan bulanan," kata Handaja.

Namun, kenaikan penjualan konstruksi usai Lebaran lalu tak mampu mendongkrak kinerja tahunan BAJA. Handaja bilang, penjualan yang diraih BAJA sepanjang tahun 2016 justru menurun 21% dibandingkan penjualan tahun sebelumnya, yang tercatat senilai Rp 1,25 triliun.

Adapun kontribusi penjualan BAJA terbesar sepanjang 2016 berasal dari produk galvanis, yakni Rp 550 miliar, atau 56% dari total pendapatan BAJA.

Namun, jika dibandingkan dengan penjualan galvanis tahun 2015 lalu, nilai penjualan tersebut turun 8%. Tahun lalu penjualan galvanis tercatat hanya Rp 599 miliar. Namun penjualan coloring milik BAJA naik 46% dari Rp 26 miliar tahun 2015 menjadi Rp 38 miliar di 2016.

Sedangkan pada tahun ini, BAJA mematok pendapatan senilai Rp 1,3 triliun. Salah satu pendukung cerahnya penjualan berasal dari kenaikan harga baja.

Selain itu, Handaja melihat, pemerintah mulai serius membatasi peredaran baja impor. "Kalau pemerintah sudah membatasi, konsumen akan beralih produk lokal," katanya.

Perlu diketahui, BAJA memiliki pabrik di Karawang Timur, Jawa Barat dengan luas 11 hektare (ha). Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 12.000 ton per bulan. Rinciannya, 6.000 ton untuk galvanis dan 6.000 ton saranalum per bulan. Adapun 2.000 ton-3.000 ton lain digunakan untuk produk coloring.

Agar kinerja mesin pabrik optimal, tahun ini BAJA berencana merekondisi mesin untuk menambah kapasitas produksi secara bertahap dengan mengucurkan capital expenditure sekitar US$ 6 juta. "Kita ingin menambah kapasitas produksi saranalum menjadi 8.000 ton-9.000 ton per bulan," sebut Handaja. Kapasitas tersebut akan maksimal operasionalnya pada pertengahan tahun 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×