Reporter: Umi Kulsum | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Produsen besi beton PT Beton Jaya Manunggal Tbk ingin segera bangkit dari kelesuan kinerja tahun lalu. Maklum saja, pelemahan ekonomi berdampak pada harga baja yang fluktuatif, bahkan trennya cenderung mengalami penurunan.
Andy Soesanto, Direktur Beton Jaya Manungal mengatakan bahwa awal tahun lalu harga baja menyentuh angka Rp 9.000 per kilogram (kg) menuju akhir tahun mengalami penurunan menjadi Rp 6.000 per kg.
Hal tersebut menurutnya cukup mengganggu pada kinerja pendapatannya di tahun lalu. “Akhir tahun harga baja jatuh, turun drastis, padahal jika dilihat pada tahun 2008 dan 2010 lalu harga baja bisa menyentuh Rp 15.000 per kg. Ini sangat cukup berdampak sekali pada kinerja kami di tahun lalu,” ujarnya ke KONTAN, Kamis (19/1) lalu.
Dampak harga baja yang fluktuatif terlihat dari hasil realisasi pendapatan hingga akhir 2016 perusahaan yang berkode saham BTON di Bursa Efek Indonesia tak bisa melampaui target awal Rp 90 miliar.
Catatan mereka, hingga akhir tahun pendapatan Beton Jaya hanya bisa menyentuh Rp 65 miliar. “Tahun lalu memang jauh lebih buruk ketimbang tahun 2008 dan 2010 lalu, kami optimistis tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu,” tutur Andy.
Sikap optimistis tersebut juga cukup beralasan. Pasalnya, manajemen Beton Jaya memprediksi harga baja akan cenderung membaik dan perlahan harganya mengalami kenaikan.
Jika sebelumnya hanya di angka Rp 6.000 per kg, awal tahun ini menunjukkan kenaikan harga menjadi Rp 7.000 per kg sampai Rp 7.500 per kg.
“Perlahan harganya mulai terangkat, kami optimistis tahun ini kinerja kami terus membaik dengan harga baja yang terus menunjukkan kenaikan,” katanya.