kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kecelakaan kerja beruntun bukan kebetulan, tapi kelalaian serius


Sabtu, 24 Februari 2018 / 18:10 WIB
Kecelakaan kerja beruntun bukan kebetulan, tapi kelalaian serius
ILUSTRASI. Tiang Pancang Tol Becakayu Roboh


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Maraknya kasus kecelakaan kerja yang terjadi akhir-akhir ini, diperkirakan tidak terlepas dari banyaknya proyek infrastruktur yang tengah digenjot pemerintah. Dalam setiap pekerjaan, Guru Besar Manajemen Konstruksi Universitas Pelita Harapan (UPH) Manilan Ronald Simanjuntak mengatakan, sering kali kontraktor lupa menerapkan aspek budaya konstruksi dengan baik.

"Jadi sebelum kita masuk (masalah) profesionalisme, ini ada kelalaian super tinggi nih (di proyek infrastruktur)," kata Manilan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (24/2).

Salah satu yang menjadi sorotannya yaitu kasus ambruknya bekisting pierhead pada proyek Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) pada Selasa (20/2) lalu. Ketika menyambangi proyek tersebut sehari kemudian, Manilan melihat, bekas ambruknya bekisting pierhead bersih. Dalam arti, tidak ada bekas penahan formwork yang semestinya ada saat pemasangan bekisting pierhead.

"Ngeri. Itu bukan ambrol atau ambruk. Bahasa saya itu lepas, tahu? Melorot, bersih. Itu formwork-nya itu, itu kan bukan ditempelkan. Memang disatukan dengan sistem tertentu, dengan bautkah, (tapi itu) enggak ada," ungkap Manilan.

Mulanya, ia menambahkan, ada informasi bila terdapat empat baut yang menahan. Namun, dari jejak yang ditinggalkan, hal tersebut tidak ada alias bersih. "Jadi bagi saya, bukan kejadian kebetulan ini. Bahwa kita ini lalainya super. Bagaimana yang namanya formwork penahan beban, 90 hingga 100 meter kubik itu lepas," ujarnya.

Manilan menduga, dalam sejumlah kasus kecelakaan konstruksi lain seperti ambruknya launcher gantry pada proyek Double Double Track (DDT) hingga jatuhnya girder proyek Light Rail Transit (LRT) di Utan Kayu, Jakarta Timur, terjadi karena budaya konstruksi kurang diterapkan dengan baik.

Untuk itu, Manilan mengingatkan pentingnya menjaga budaya konstruksi, guna memastikan tidak terjadinya kasus serupa di kemudian hari. Budaya konstruksi itu mulai dari proses pengecekan hingga harus adanya pendamping ahli untuk setiap kegiatan.

"Harusnya kan ada checklist-nya, sebelum memasang apa yang harus diperhatikan. Lalu pada saat ngecor, itu saat pemasangan formwork itu ada ahlinya, kemudian pengecoran ada ahlinya juga," tuntasnya. (Dani Prabowo)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bukan Kebetulan, Kecelakaan Kerja Beruntun karena Kelalaian Serius"
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×