kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Panangian: Pasar properti di 2016 bisa tumbuh 10%


Senin, 18 Januari 2016 / 19:01 WIB
Panangian: Pasar properti di 2016 bisa tumbuh 10%


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pengamat properti Panangian Simanungkalit optimistis pasar properti tahun 2016 akan kembali bergairah. Menurutnya, kondisi pasar properti tahun 2016 bakal tumbuh sekitar 8%-10% dibanding tahun 2015. Hal ini didorong oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016.

Selain itu, gairah pasar properti juga dipengaruhi oleh berbagai sebab. Menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) ini, pasar properti mengalami pelemahan paska booming tahun 2011-2013, atau sejak memasuki tahun politik (2014) dimana ada Pilpres, Pilkada dan lainnya, sehingga sektor properti agak tersendat.

“Tahun 2015, ada banyak isu yang melemahkan sektor properti, mulai dari ketidakpastian kenaikan suku bunga, devaluasi yuan, kurs rupiah yang bergejolak, hingga beberapa faktor –isu politik dan kebijakan-- yang turut memengaruhi,” kata Panangian melalui pernyataan tertulis yang diterima KONTAN, Minggu (17/1).

Menurut Panangian, naik turun pasar properti sebenarnya merupakan hal yang wajar. Menikmati masa keemasan (booming) pada suatu masa, lalu stagnan di masa lainnya adalah hal yang normal. “Bisnis properti selalu ada masa istirahat setelah mengalami booming. Tahun 2011-2013 booming, lalu istirahat sekitar 1,5 sampai 2 tahun itu alamiah. Siklusnya memang seperti itu,” jelas Panangian.

Selain itu, kata Panangian, prospek bisnis properti akan ditopang oleh kucuran kredit perbankan yang meningkat sebesar 13% dari tahun 2015. “Terdapat kenaikan sebesar 13% atau setara dengan Rp 88 triliun dari total kucuran kredit perbankan yang sebesar Rp 600 triliun tahun 2015 menjadi Rp 688 triliun tahun 2016,” ungkap Panangian.

Gairah bisnis properti juga akan disokong oleh faktor penurunan BI rate. Harapannya, BI rate bisa turun hingga di bawah 7%. Menurut Panangian, BI Rate yang ideal untuk kondisi Indonesia saat ini adalah di level 6,5%.

Bila berjalan sesuai harapan, maka suku bunga KPR dipastikan turun mengikuti BI rate. “Suku bunga KPR saat ini yang paling murah tercatat sebesar 8,88%. Nah, dengan adanya penurunan BI rate, suku bunga KPR diharapkan bisa turun hingga mendekati 7,5%, atau di bawah delapan persen,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×