Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bersama Indonesia Battery Corporation (IBC) menjabarkan peran penting dalam kerjasama mereka di sektor baterai EV bersama dengan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL), yang merupakan perusahaan patungan dari CATL, Brunp dan Lygend.
Sebagai gambaran, proyek eksistem baterai ini terdiri dari enam joint venture (JV), yang dalam garis besar dibagi berdasarkan lingkup proyek.
JV 1 hingga JV 3 adalah lingkup proyek kerjasama Antam dengan CBL, sedangkan JV 4 hingga JV 6 adalah lingkup kerjasama IBC dengan CBL.
Dari bagian hulu ekosistem baterai, Antam membentuk perusahaan patungan bersama CBL untuk pengelolaan tambang nikel yang akan memasok kebutuhan rantai industri baterai yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara.
Baca Juga: Tak Cuma Baterai EV, Kerjasama Indonesia - CATL Juga untuk Baterai Panel Surya
Antam dan CBL juga membangun Pabrik pemurnian dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leaching (HPAL).
Smelter ini akan dibangun di Kawasan Industri Buli (KIB) yang didukung energi bersih, sistem air terpadu dan pusat kendali berbasis cloud.
Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk Achmad Ardianto mengatakan pabrik pemurnian dengan teknologi RKEF yang dibangun mengadopsi teknologi pemurnian atomasi feronikel pertama di dunia yang dikembangkan Brunp. Pabrik berkapasitas 88 ribu ton Ni per tahun ini menciptakan model peleburan hijau baru dengan konsumsi energi yang rendah.
“Sejalan dengan praktik ESG, kami bersama mitra strategis bertekad menghadirkan ekosistem baterai listrik yang ramah lingkungan guna mendukung transisi energi nasional yang berkelanjutan,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (30/06).
Adapun, pabrik pemurnian HPAL dengan kapasitas 55 ribu ton Ni/tahun yang dibangun ANTAM bersama CBL di KIB juga menggunakan teknologi generasi ketiga yang terdepan, dengan tata letak inovatif bertingkat yang memanfaatkan gravitasi alami untuk aliran material.
“Kami merencanakan proyek terintegrasi yang akan memasok energi hijau ini dapat memperkuat posisi Indonesia di sektor energi global yang berkelanjutan,” tambah Ardianto.
Disektor hilir, tepatnya di Karawang, Jawa Barat, IBC dan CBL membangun Pabrik Sel Baterai Lithium yang merupakan bagian dari proyek terintegrasi meliputi pembangunan pabrik material aktif baterai yakni prekursor dan katoda, dan fasilitas daur ulang baterai.
Baca Juga: Prabowo Resmikan Megaproyek Baterai EV
Direktur Utama IBC Toto Nugroho menjelaskan, di KIB, IBC bersama mitra global menyiapkan lini produksi material aktif baterai berkualitas tinggi. Pabrik tersebut dirancang memproses 16 ribu ton nikel sulfat per tahun, sekaligus memproduksi 30 ribu ton prekursor dan 30 ribu ton material aktif katoda.
"Fasilitas hulu ini diharapkan menutup ketergantungan impor bahan baku katoda—komponen dengan kontribusi paling signifikan dalam sel baterai—sekaligus meningkatkan nilai tambah nikel di dalam negeri," ujar Toto.
Alur Hilirisasi Ekosistem Baterai EV Konsorsium Antam-IBC-CBL
Secara umum, pergerakan hilirisasi akan dimulai dari lokasi tambang nikel di Halmahera Timur. Kemudian, bahan setengah jadi akan bergerak ke barat menuju Karawang.
Di kawasan industri strategis ini, IBC bersama CBL sedang membangun pabrik sel baterai berkapasitas awal 6,9 GWh (fase 1) dan akan berkembang ke dalam kapasitas 15 GWh dalam 5 tahun.
Lini produksi berteknologi mutakhir itu ditargetkan beroperasi pada tahun 2026, memproduksi sel untuk kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi (Battery Energy Storage System/BESS) baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
IBC yang merupakan perusahaan patungan dari PT Pertamina (Persero), MIND ID dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) bersama CBL, mengungkap berkomitmen akan menjadikan pabrik sel baterai di Karawang sebagai ASEAN Regional Hub untuk memenuhi kebutuhan baterai EV dan Battery Energy Storage System (BESS) di kawasan.
Ke depannya, rantai siklus baterai IBC dan CBL ditutup oleh pabrik daur ulang baterai dengan kapasitas 20 ribu ton baterai bekas per tahun untuk menjadi input material baterai kembali.
Baca Juga: Danantara Masuk ke Proyek Baterai EV Antam-IBC-CATL melalui IBC
Teknologi yang digunakan nantinya diklaim mampu memulihkan lebih dari 95 persen logam berharga, sehingga emisi karbon dapat ditekan dan prinsip ekonomi sirkular terjaga.
“Daur ulang adalah kunci keberlanjutan. Baterai yang selesai tugasnya hari ini harus kembali menjadi sumber daya esok hari,” kata Toto menegaskan.
Selain menargetkan efisiensi rantai pasok, ANTAM dan IBC menekankan manfaat sosial dan lingkungan. Konsorsium ANTAM-IBC-CBL menyiapkan program vokasi untuk warga sekitar, membuka ribuan lapangan kerja baru, serta mendorong pertumbuhan UMKM penunjang.
Seluruh proyek dijalankan dengan standar Environmental, Social & Governance (ESG), mulai dari pengelolaan tailing di Halmahera, penggunaan energi bersih di Karawang, hingga prosedur keselamatan kerja di fasilitas daur ulang.
“Visi kami jelas: bukan sekadar membangun pabrik, tetapi menciptakan ekosistem hijau terintegrasi yang mampu berdampak ekonomi luas sekaligus menjaga bumi,” tutup Toto.
Selanjutnya: Pamor Dolar Merosot, Dekati Level Terendah dalam Empat Tahun
Menarik Dibaca: Simak 5 Alasan Anda Wajib Makan Ikan Salmon Rutin, Bantu Kontrol Trigliserida lo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News