Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, produksi gula rakyat diperkirakan akan menurun. Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Agus Pakpahan, hal ini bisa dilihat dari kaca mata petani, di mana komoditas gula sedang kurang menggairahkan.
“Pada 2004-2008, saat jaminan dan harga bagus, luas areal meningkat lebih dari 80.000 ha. Tetapi kemudian saat iklim insentif menurun, areal tanam juga turut menurun lebih dari 30.000 ha,” ujar Agus kepada Kontan.co.id, Minggu (11/2).
Menurut Agus, produksi gula yang saat ini yang hanya mencapai 2,1 juta ton akibat menurunnya luas areal lahan tersebut. Dia bilang, ini dikarena petani sudah menganggap gula bukan sebuah komoditas yang menguntungkan. “Dugaan saya mereka pindah ke komoditas lain,” tambah Agus.
Agus menambahkan, petani merupakan pihak yang sangat rasional, sehingga mereka akan merespon sesuatu dengan alasan-alasan ekonomi.
Saat ini, harga gula memang dipatok di tingkat konsumen yakni sebesar Rp 12.500 per kg. Penentuan harga gula ini pun berdampak pada harga tebu yang otomatis dikendalikan pula. Padahal, Agus bilang, industri pun harus menjadi faktor yang turut diperhatikan.
“Harus ada efiensi pabrik gula. Bila efisien, nantinya bisa memberikan insentif kepada petani,” terang Agus.
Lebih lanjut Agus menerangkan, penetapan harga gula sangat bergantung pada perbaikan pabrik gula dan kebun tebu. Bila kebun tebu dan industri gula sama-sama baik, maka akan berpengaruh pada harga gula yang akan terus menurun.
“Harga gula yang kompetitif harus didahulukan dengan industri yang kompetitif. Kalau tidak, maka gula kita hanya akan bersaing dengan gula impor,” tandas Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
