kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rencana impor gas 2019 ditunda


Rabu, 12 Juli 2017 / 16:03 WIB
Rencana impor gas 2019 ditunda


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kegiatan impor Liquifed Natural Gas (LNG) yang rencananya akan dilakukan pada tahun 2019 ditunda. Sebab produksi gas Lapangan Jangkrik milik ENI Indonesia sudah mulai berjalan pada Juli ini dengan kapasitas sebesar 450 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai lapangan gas Jangkrik milik ENI Indonesia yang tadinya didesain hanya 400 MMSCFD - 450 MMSCFD rupanya bisa semakin bertambah sampai 600 MMSCFD.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja menyatakan, pemerintah akan menunda niatnya melakukan impor gas seiring dengan mulai berproduksinya ladang-ladang gas besar di tanah air.

Salah satu lapangan yang mendorong tidak adanya kebijakan impor gas adalah Lapangan Jangkrik yang dikelola oleh ENI Indonesia. Produksi ENI di Lapangan Jangkrik yang saat ini mencapai 450 million standard cubic feet per day (mmscfd) kemungkinan besar akan meningkat menjadi 600 mmscfd pada akhir tahun ini. 

Sehingga produksi gas secara nasional juga ikut terdongkrak. “Jangkrik ini maju ternyata bagus yang tadinya 400 mmscfd-450 mmscfd ternyata bisa sampai 600 mmscfd. Jadi kemungkinan besar 2019 tidak perlu impor gas karena produksi lebih bagus dari perkiraan," terangnya, Rabu (12/7).

Asal tahu saja, dalam neraca gas tahun 2016 – 2035 yang dirilis oleh Kementerian ESDM sebelumnya, Indonesia diperkirakan akan mulai melakukan impor gas pada tahun 2019. Dalam neraca disebutkan bahwa Indonesia akan butuh gas dari impor sebesar 1.672 mmscfd setahun kemudian menjadi 1.677 mmscfd.

Selain  didukung oleh produksi ENI di lapangan Jangkrik, impor juga diurungkan karena adanya produksi dari Blok Tangguh Train III pada tahun 2020. Fasilitas milik British Petroleum (BP) ini ditargetkan mampu berproduksi hingga sebesar 3,8  MTPA. “Begitu Tangguh Train III masuk tidak perlu impor lagi,” klaimnya.

Menurut Wiratmaja kalaupun memang harus melakukan impor kemungkinan akan dilakukan setelah tahun 2020, yakni saat masih dilakukan pengembangan lapangan gas Masela. Apabila proyek Masela rampung antara tahun 2025 dan 2027 maka keran impor akan kembali ditutup. “Di atas 2026 saya kira tidak perlu impor lagi,” ujarnya

Namun demikian Wiratmaja menegaskan proyeksi tidak adanya impor gas dalam beberapa tahun kedepan jika ditelisik dari sisi volume. Hal ini tidak berkaitan dengan harga gas yang ditawarkan oleh produsen gas. “Jadi tidak impor dari sisi volume, kalau dari sisi harga beda lagi ceritanya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×