kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Setengah abad Sarinah...


Senin, 03 September 2012 / 11:26 WIB
Setengah abad Sarinah...
ILUSTRASI. JD.ID mengadakan promo untuk produk kebersihan rumah. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/rwa.


Reporter: Dyah Megasari |

JAKARTA. Tak terasa pada 17 Agustus lalu PT Sarinah, perusahaan ritel milik pemerintah, genap berusia 50 tahun. Selama 50 tahun, Sarinah telah mewarnai masyarakat Ibu Kota Jakarta. Dengan lokasi bangunan di kawasan strategis, yakni di Jalan Thamrin, Sarinah menjadi pasar swalayan yang banyak disambangi masyarakat.

Berawal dari Thamrin, Sarinah meluas ke Pejaten Village dan Malang. Kesohoran Sarinah bahkan membekas di benak Presiden AS Barack Obama. Sarinah menjadi gedung tertinggi dan tempat belanja Obama kecil saat selama tiga tahun di Indonesia sejak tahun 1967.

Sadar harus bersaing dengan pemain ritel lain, Sarinah terus berbenah. Jumlah pengunjung terlihat kian sepi. Sarinah tertinggal karena hadirnya mal-mal baru yang luas dan menarik.

Kisah perjalanan Sarinah selama setengah abad dituangkan dalam sebuah buku, yang diluncurkan pada puncak perayaan ulang tahun, Kamis (30/8/2012) malam, di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta.

Di bawah pimpinan Mira Amahorseya, Sarinah akan memperluas bangunan menjadi 17.000 meter persegi. Saat ini luas bangunannya baru 3.000 meter persegi. Tidak hanya itu, Sarinah juga meluncurkan merek fashion sendiri dengan nama Mea. Mea diambil dari bahasa Spanyol yang berarti milik saya.

”Desain fashion Mea merupakan kombinasi 70 persen modern dan 30 persen heritage. Dengan target pasar wanita berusia 20-40 tahun dari kelas menengah atas, produk Mea dijual dengan Rp 200.000-Rp 1,5 juta per potong,” katanya.

Untuk tahap awal, Mea baru dijual di gerai Thamrin (Jakarta), Pejaten Village (Jakarta), lalu Basuki Rachmad (Malang). Bahkan, tak menutup kemungkinan Mea akan merambah pasar swalayan lain.

Tak hanya berkutat di bisnis ritel, Sarinah juga merambah bidang lain. Sarinah berencana membangun sebuah hotel berbintang empat bernama Boutique Hotel di Jalan Braga, Bandung, Jawa Barat.

Tidak mudah mempertahankan bisnis selama 50 tahun. Apalagi tahun 1984, Sarinah terbakar. Namun, karena didorong oleh keinginan melayani masyarakat, Sarinah yang telah menjadi aset nasional akan terus bangkit kembali. Sebagai mitra usaha kecil, terutama perajin, Sarinah ingin berperan lebih besar dalam memperkenalkan produk nasional ke mancanegara lewat ekspor,” ujar Mira.

Inisiatif Soekarno

Sarinah diresmikan pada 17 Agustus 1962. Ritel milik pemerintah tersebut dibangun atas inisiatif presiden pertama RI, Soekarno.

Saat itu, Soekarno digoyang isu miring soal tujuan pembangunan pusat perbelanjaan pertama di Indonesia tersebut. Soekarno dianggap mencari sensasi kegagahan semata. Akan tetapi, Soekarno tidak menggubrisnya.

Pada awal berdirinya Sarinah, situasi makroekonomi Indonesia dalam keadaan sangat buruk. Pemerintah banyak menaruh harapan ke Sarinah agar menjadi stimulator, mediator, dan alat distribusi ke masyarakat luas serta menjalankan fungsi sebagai stabilisator ekonomi.

Nama Sarinah diambil karena konotasinya adalah nama wanita dari kalangan bawah sehingga diharapkan bisa menggerakkan ekonomi bawah. Alasan lain adalah Sarinah merupakan nama pengasuh Soekarno.

Menurut Menteri BUMN Dahlan Iskan, selama ini laporan keuangan Sarinah tetap positif meski ada pelambatan.

Dahlan juga memberikan apresiasi dan dorongan agar Sarinah bisa menjadi BUMN, yang mampu berkontribusi bagi ekonomi bangsa. Harapan Dahlan ini menyiratkan perlunya peran peritel lokal bagi penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi domestik.

Sarinah juga diharapkan bisa mengibarkan kembali kekuatan perusahaan ritel lokal yang kini semakin sulit bersaing dengan peritel asing. ((Eny Prihtiyani/Erlangga Djumena/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×