kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,28   -13,21   -1.43%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aneka Tambang (ANTM) tidak masalah dengan larangan ekspor biji nikel


Kamis, 26 Desember 2019 / 20:14 WIB
Aneka Tambang (ANTM) tidak masalah dengan larangan ekspor biji nikel


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tidak ada masalah dengan hadirnya larangan ekspor bijih nikel oleh pemerintah di tahun depan sekaligus kewajiban pembangunan smelter pengolahan hasil tambang mineral. Pasalnya, ANTM disebut sudah lama melaksanakan program hilirisasi di bidang pertambangan.

SVP Corporate Secretary ANTM Kunto Hendrapawoko menyampaikan, sebelum regulasi tentang hilirisasi tambang muncul, ANTM sudah lebih dulu menjalankan bisnis tersebut sejak 1976. Di tahun tersebut, ANTM mendirikan smelter feronikel (FeNi 1) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

Baca Juga: Hanya tambah satu di 2019, ESDM targetkan empat smelter baru di 2020

Di lokasi yang sama, ANTM membangun smelter feronikel FeNi 2 di tahun 1994 dan FeNi 3 pada tahun 2007. “Pabrik feronikel ANTM di Pomalaa memiliki kapasitas produksi sebesar 27.000 ton nikel dalam feronikel (TNi),” terangnya, Kamis (26/12).

ANTM juga akan menambah smelter feronikel di Halmahera Timur (P3FH). Sampai Oktober lalu, perkembangan proyek ini sudah mencapai 98%. Smelter ini nantinya akan memiliki kapasitas produksi feronikel sebanyak 13.500 TNi. “P3FH ditargetkan akan memasuki masa commissioning di tahun 2020,” ujar Kunto.

Kunto bilang, proyek P3FH memiliki nilai belanja modal atau capital expenditure (capex) sebanyak Rp 3,5 triliun dan sudah mulai efektif terserap sejak 2016 silam. Adapun di periode Januari hingga September tahun ini, capex yang terserap untuk proyek P3FH mencapai Rp 550 miliar.

Baca Juga: Pemerintah bantu fasilitasi pendanaan smelter, ini tanggapan pengamat dan pengusaha

Lebih lanjut, keberadaan smelter feronikel di Halmahera Timur dipercaya akan mendatangkan keuntungan bagi ANTM di tengah larangan ekspor bijih nikel.

Sudah dipastikan pula kapasitas produksi feronikel ANTM akan melonjak. Jika digabungkan antara smelter feronikel di Pomalaa dan Halmahera Timur, maka kelak ANTM akan memiliki kapasitas produksi feronikel sebesar 40.500 TNi.

Tak hanya feronikel, ANTM juga mengembangkan produk hilir dari penambangan bauksit. Emiten ini pun membangun smelter grade alumina refinery (SGAR) di Tayan, Kalimantan Barat. Proyek ini hasil kerja sama antara ANTM dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero).

Baca Juga: Ganti Direksi, Antam (ANTM) Evaluasi Kerja Sama Bisnis dengan China

Diharapkan proyek SGAR akan memasuki tahap peletakan batu pertama pada tahun depan. Nantinya, konstruksi SGAR tahap I akan memiliki kapasitas produksi sebanyak 1 juta ton SGA. “SGAR merupakan proyek strategis ANTM dalam peningkatan nilai tambah komoditas bauksit,” ungkap Kunto.

Untuk pembangunan SGAR tahap pertama, investasi yang dibutuhkan sekitar US$ 850 juta. Karena proyek ini merupakan hasil joint venture antara ANTM dan Inalum, maka proses pendanaan dilakukan lewat skema project financing dan partisipasi pemegang saham sesuai dengan proporsi kepemilikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×