kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini yang perlu diperhatikan produsen mobil sebelum lakukan ekspor ke Australia


Jumat, 05 Maret 2021 / 18:35 WIB
Ini yang perlu diperhatikan produsen mobil sebelum lakukan ekspor ke Australia
ILUSTRASI. Ekspor mobil


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat Otomotif Bebin Djuana menilai, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para Agen Pemegang Merek (APM) kendaraan Indonesia saat hendak benar-benar mengekspor mobil ke Australia.

Asal tahu saja, wacana ekspor mobil ke Australia mencuat berkat langkah Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang bakal bertolak ke Jepang dalam waktu dekat. Di sana, Menperin akan melakukan pembicaraan dengan para prinsipal mobil di Jepang supaya dapat segera memberi izin kepada Agen Pemegang Merek (APM) Indonesia untuk mengekspor mobil ke Australia.

Ekspor kendaraan merupakan wujud bagian dari perjanjian bilateral Indonesia – Australia Comprehensive Economy Partnership Agreement (IA-CEPA) yang mulai berlaku sejak 5 Juli 2020.

Menurut Bebin, ekspor mobil Indonesia ke Australia bukan ditentukan oleh merek, melainkan tipe mobil yang dapat diterima oleh pasar negara tersebut. Hal inilah yang membuat APM Indonesia memerlukan negosiasi dan persetujuan terlebih dahulu dari prinsipal mobil di negara asal sebelum melakukan ekspor ke suatu negara.

“Cocok tipenya saja sebenarnya tidak cukup, karena ada beberapa standar yang berbeda antara Indonesia dan Australia. Misalnya, standar keamanan dan tingkat polusi kendaraan. Ini perlu jadi pertimbangan apakah pabrikan Indonesia bisa menyesuaikan hal tersebut,” paparnya, Jumat (5/3).

Baca Juga: Honda Prospect Motor belum punya rencana ekspor mobil ke Australia dalam waktu dekat

Selain itu, lanjut Bebin, Australia juga menerapkan standar penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang cukup tinggi yakni Euro 5. Hal tersebut mesti jadi perhatian bagi produsen mobil Indonesia yang sebagian besar masih menggunakan bahan bakar standar Euro 2.

Tak hanya itu, desain dan warna mobil yang diekspor juga harus bisa sesuai dengan minat konsumen dan budaya di Australia. “Banyak bagian yang terkesan sepele tapi cukup penting sebagai bagian penilaian untuk ekspor mobil. Kalau tidak sesuai, kita tak bisa ekspor,” ungkap Bebin.

Dia pun berpendapat, secara umum peluang ekspor mobil Indonesia tak hanya tertuju pada Australia saja. Sejauh ini, Indonesia seringkali mengekspor mobil ke negara-negara Afrika, Timur Tengah, Amerika Latin, hingga negara di Kepulauan Pasifik. Namun, Indonesia masih kesulitan mengekspor mobil ke kawasan Eropa lantaran di sana sudah menggunakan standar bahan bakar Euro 5 ke atas, yang belum bisa dipenuhi oleh APM Indonesia.

“Ini yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi produsen Indonesia bagaimana meningkatkan standar bahan bakar mobilnya supaya bisa diterima di Eropa. Jangan sampai kita ketinggalan, karena bisa saja sewaktu-waktu negara ekspor eksisting menaikkan standarnya,” pungkasnya.

Selanjutnya: Gaikindo: Australia cukup prospektif jadi tujuan ekspor mobil Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×