kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

11.500 Rumah kelas real estate terjual selama masa pandemi


Sabtu, 01 Mei 2021 / 10:23 WIB
11.500 Rumah kelas real estate terjual selama masa pandemi
ILUSTRASI. Rumah dengan klasifikasi menengah dan menengah bawah masih mendominasi transaksi dan menjadi favorit konsumen.


Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski Pandemi Covid-19 belum usai, namun aktivitas transaksi rumah tapak atau landed house masih terus bergerak. Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, sepanjang tahun 2020 sebanyak 11.500 rumah terjual yang berasal dari 40 kawasan perumahan kelas real estate.

Rumah dengan klasifikasi menengah dan menengah bawah masih mendominasi transaksi dan menjadi favorit konsumen. Director Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo menuturkan, untuk segmen menengah, rumah dengan harga Rp 1,1 miliar hingga Rp 1,6 miliar merupakan yang paling banyak dicari.

"Sementara untuk segmen menengah-bawah, masyarakat banyak mencari rumah dengan rentang harga Rp 500 juga hingga Rp 950 juta," ujar Arief kepada Kompas.com, Jumat (30/4). Arief mengakui, aktivitas penjualan rumah tapak sempat mengalami masa sulit pada masa awal pandemi, sekitar Maret-Mei 2020.

Dengan ketatnya pembatasan sosial dan masyarakat yang mulai berhati-hati terhadap pengeluarannya, pengembang mengeluhkan penjualan rumah tapak yang tersendat. Aktivitas mulai berangsur membaik pada Juni, saat pemerintah mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Hal ini juga sejalan dengan masyarakat yang beradaptasi dengan kebiasaan new normal, penjualan rumah tapak pada semester kedua 2020 mulai menunjukkan peningkatan. "Bahkan, beberapa proyek segmen menengah-menengah bawah mencatatkan performa penjualan yang baik," imbuh Arief.

Baca Juga: CitraLake Sawangan tawarkan hunian dengan prinsip ecoculture

Investor turun

Menurut Arief, konsumen dengan motif investasi turun dibanding konsumen end user yang membeli rumah untuk ditinggali. Mereka menjadi pembeli mayoritas dengan komposisi terbesar merupakan kalangan pasangan muda yang baru menikah dan generasi milenial.

"Sebagai kebutuhan primer, hunian tapak masih sangat diminati oleh para end-user," ucap Arief. Mereka memanfaatkan harga rumah yang cenderung terjangkau berkat relatif stabilnya harga meski mengalami kenaikan tipis.

Selain itu, marketing gimmick yang ditawarkan oleh pengembang juga berhasil menarik minat konsumen untuk melakukan transaksi. Bahkan, pada Semester kedua 2020, konsumen end user ini menempati porsi sebesar 75% dari total penjualan. Kendati demikian, tidak ada perubahan atau pergeseran preferensi terhadap peminatan rumah.

Dari segi permintaan, pun segmen harga dan profil konsumen masih cenderung sama. Hanya, beberapa pengembang melaporkan penurunan jumlah pembeli investor terutama pada unit-unit menengah-atas.

Pada saat pandemi, beberapa investor tertarik pada produk rumah dengan harga yang lebih rendah di lokasi strategis dan target pasar yang jelas. Misalnya dekat universitas, dengan target pasar mahasiswa, yang dibeli untuk dijual kembali atau disewakan.

Baca Juga: Penyaluran kredit perbankan pada Maret 2021 mengalami perlambatan secara tahunan

Tangerang paling aktif

Cushman and Wakefield mencatat, Tangerang Raya (Kota dan Kabupaten Tangerang serta Tangerang Selatan) masih menjadi area paling aktif dari segi permintaan di Jabodetabek. Pada semester kedua 2020, rata-rata tingkat penjualan di kawasan ini sebanyak 40,7 unit per bulan per estate, disusul Bekasi sebanyak 34 unit per bulan per estate.

Tangerang pula masih menjadi salah satu kawasan prospektif untuk pengembangan perumahan tapak, terbukti dari banyaknya pengembang yang berinvestasi di sana. Secara lokasi, Tangerang sangat mudah diakses dari Jakarta melalui Tol Jakarta-Merak, juga berada dekat dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Selain Tangerang, kawasan Bogor dan Bekasi juga masih memiliki sejumlah area yang belum dikembangkan. Beroperasinya LRT Jabodebek pada Juli 2022 nanti juga akan meningkatkan prospek pembangunan hunian di area ini.

Baca Juga: Permintaan credit score naik, penyaluran kredit mulai menggeliat

Dari angka dan fakta tersebut, Arief optimistis, sektor hunian tapak berangsur membaik dan sentimen positif terhadap sektor properti kian meningkat. Program vaksinasi sangat membantu memulihkan perumahan menuju kondisi normal dengan  mayoritas pasokan diproyeksikan berasal dari segmen menengah bawah dan menengah.

"Hal ini karena faktor keterjangkauan dari target pembeli, sementara kenaikan harga properti diprediksi masih akan konservatif," kata Arief. Sementara peran kebijakan pemerintah terkait relaksasi loan to value (LTV) dengan batasan rasio tertinggi 100% juga diharapkan dapat meningkatkan penjualan properti meski masa berlakunya hanya sampai 31 Desember 2021.

Arief memberi catatan, efektivitas kebijakan ini akan sangat berkaitan pada kebijakan masing-masing bank, di mana pada akhir tahun lalu beberapa bank masih berhati-hati untuk menerima debitur KPR baru. Sementara sebagian bank lainnya masih menerapkan minimum uang muka atau down payment (DP) untuk menghindari risiko gagal kredit.

Di sisi lain, kebijakan seperti penanggungan PPN untuk rumah tapak dengan harga maksimal Rp 5 miliar serta turunnya suku bunga acuan BI 7 Days Repo Reverse Rate dapat meningkatkan minat dan permintaan masyarakat terhadap produk rumah tapak siap huni.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 11.500 Rumah Kelas Real Estate Terjual Selama Masa Pandemi.
Penulis: Hilda B Alexander

Baca Juga: REI pastikan harga rumah ke konsumen akan lebih murah seiring pemberian insentif PPN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×