kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

11.500 Rumah kelas real estate terjual selama masa pandemi


Sabtu, 01 Mei 2021 / 10:23 WIB
11.500 Rumah kelas real estate terjual selama masa pandemi
ILUSTRASI. Rumah dengan klasifikasi menengah dan menengah bawah masih mendominasi transaksi dan menjadi favorit konsumen.


Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski Pandemi Covid-19 belum usai, namun aktivitas transaksi rumah tapak atau landed house masih terus bergerak. Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, sepanjang tahun 2020 sebanyak 11.500 rumah terjual yang berasal dari 40 kawasan perumahan kelas real estate.

Rumah dengan klasifikasi menengah dan menengah bawah masih mendominasi transaksi dan menjadi favorit konsumen. Director Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo menuturkan, untuk segmen menengah, rumah dengan harga Rp 1,1 miliar hingga Rp 1,6 miliar merupakan yang paling banyak dicari.

"Sementara untuk segmen menengah-bawah, masyarakat banyak mencari rumah dengan rentang harga Rp 500 juga hingga Rp 950 juta," ujar Arief kepada Kompas.com, Jumat (30/4). Arief mengakui, aktivitas penjualan rumah tapak sempat mengalami masa sulit pada masa awal pandemi, sekitar Maret-Mei 2020.

Dengan ketatnya pembatasan sosial dan masyarakat yang mulai berhati-hati terhadap pengeluarannya, pengembang mengeluhkan penjualan rumah tapak yang tersendat. Aktivitas mulai berangsur membaik pada Juni, saat pemerintah mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Hal ini juga sejalan dengan masyarakat yang beradaptasi dengan kebiasaan new normal, penjualan rumah tapak pada semester kedua 2020 mulai menunjukkan peningkatan. "Bahkan, beberapa proyek segmen menengah-menengah bawah mencatatkan performa penjualan yang baik," imbuh Arief.

Baca Juga: CitraLake Sawangan tawarkan hunian dengan prinsip ecoculture

Investor turun

Menurut Arief, konsumen dengan motif investasi turun dibanding konsumen end user yang membeli rumah untuk ditinggali. Mereka menjadi pembeli mayoritas dengan komposisi terbesar merupakan kalangan pasangan muda yang baru menikah dan generasi milenial.

"Sebagai kebutuhan primer, hunian tapak masih sangat diminati oleh para end-user," ucap Arief. Mereka memanfaatkan harga rumah yang cenderung terjangkau berkat relatif stabilnya harga meski mengalami kenaikan tipis.

Selain itu, marketing gimmick yang ditawarkan oleh pengembang juga berhasil menarik minat konsumen untuk melakukan transaksi. Bahkan, pada Semester kedua 2020, konsumen end user ini menempati porsi sebesar 75% dari total penjualan. Kendati demikian, tidak ada perubahan atau pergeseran preferensi terhadap peminatan rumah.

Dari segi permintaan, pun segmen harga dan profil konsumen masih cenderung sama. Hanya, beberapa pengembang melaporkan penurunan jumlah pembeli investor terutama pada unit-unit menengah-atas.

Pada saat pandemi, beberapa investor tertarik pada produk rumah dengan harga yang lebih rendah di lokasi strategis dan target pasar yang jelas. Misalnya dekat universitas, dengan target pasar mahasiswa, yang dibeli untuk dijual kembali atau disewakan.

Baca Juga: Penyaluran kredit perbankan pada Maret 2021 mengalami perlambatan secara tahunan




TERBARU

[X]
×