kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

3 Tren bisnis online menurut Facebook


Selasa, 22 September 2015 / 17:06 WIB
3 Tren bisnis online menurut Facebook


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA.  Maraknya penggunaan smartphone dan tablet mengubah pola belanja konsumen dari bertandang langsung ke toko ke belanja online di dunia maya.

Kini, untuk membeli baju model terbaru tak perlu bermacet ria ke mall atau departement store. Cukup buka situs belanja dari ponsel, pilih, dan baju idaman akan sampai rumah dalam hitungan hari.

"Sekarang kalau ditanya beli baju di mana, jawabannya ITC. Maksudnya Instagram Trade Center," begitu guyonan Ketua UKM Facebook Indonesia Waizly Darwin pada acara Facebook Marketing Boot Camp di Gedung Smesco, Jakarta, Selasa (22/9).

Medium usaha yang berubah dari konvensional ke ranah online tentu mengubah tren berbisnis itu sendiri. Menurut pengamatan Facebook, ada tiga tren atau fenomena yang terjadi dalam bisnis online.

1. Build locally (membangun unsur lokal).

Saat ini, para pelaku bisnis online tak melulu menjual barang berdasarkan unsur fungsional dan estetika semata. Lebih dari itu, bisnis online yang mengakomodir penyematan elemen multimedia (foto, video, grafik), memicu kreativitas para pendirinya untuk menggali unsur filosofis di balik produk.

"Mereka membangun brand dengan cerita. Lewat foto dan video yang bagus, yang bisa menggali unsur lokal di dalamnya," ia menjelaskan.

Untuk itu, kata dia, para pebisnis online saat ini cenderung lebih memilih disebut sebagai pemilik "local brand" ketimbang pemilik "online shop".

2. Compete regionally (bersaing antar regional).

Akses pasar yang lebih luas dengan pengeluaran energi minim adalah salah satu keunggulan bisnis online dibandingkan bisnis konvensional. Transaksi jual beli dari dan ke Indonesia, Singapura, Malaysia dan negara lainnya, bisa dilakukan sembari melahap kudapan di depan layar smartphone atau PC.

Akses terbuka ini, walau memudahkan, juga memperuncing persaingan pasar. Apalagi kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah di depan mata.

Untuk itu, kata Waizly, banyak PR yang harus digenjot oleh pebisnis online di Indonesia untuk mendapat akses pasar seluas-luasnya. "Utamanya dari segi edukasi dan adaptasi," ujarnya.

3. Connect globally (terkoneksi secara global)

Tren bisnis online saat ini menuntut pelakunya untuk terus berinovasi dan berpikiran terbuka. Maraknya bisnis online dan transaksi jual-beli antar negara, kata Waizly, memediasi berbagai kemungkinan kerjasama dan kolaborasi. (Fatimah Kartini Bohang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×