kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

40% Produsen bakery tidak berproduksi selama Lebaran


Jumat, 13 Agustus 2010 / 13:26 WIB
40% Produsen bakery tidak berproduksi selama Lebaran


Reporter: Herlina KD |

JAKARTA. Dampak pelarangan ekspor gandum oleh Rusia nampaknya akan semakin meluas. Tak hanya industri hulu seperti produsen tepung terigu, tapi juga akan berimbas pada industri pengguna tepung terigu. Salah satunya adalah industri bakery.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia (APEBI) Chris Hardijaya bilang meski sebagian besar produsen terigu di Indonesia mengimpor gandum dan terigu dari Australia dan Amerika Serikat, tapi larangan ekspor gandum oleh Rusia ini akan tetap berimbas pada harga terigu dalam negeri.

"Selain karena memang puasa dan lebaran, kenaikan harga terigu lokal juga bertambah parah karena adanya spekulan yang bermain dan memanfaatkan kondisi ini," kata Chris.

Beberapa waktu lalu Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (Apegti) Natsir Mansyur mengatakan akibat larangan ekspor yang dilakukan oleh Rusia ini akan berdampak pada industri terigu di tanah air. Sebab, ketergantungan impor terigu Indonesia sangat besar. "Kalau stok terbatas, tidak bisa dihindari akan ada kenaikan harga," ujarnya.

Natsir bilang, meski kenaikan harga tidak akan terjadi dalam waktu dekat, tapi ia bisa memastikan selama masih terjadi krisis terigu dunia, maka harga terigu dalam negeri juga akan naik. Para importir juga akan merasakan kenaikan harga karena stok terbatas, sehingga ini akan berimbas ke kenaikan harga di kalangan konsumen. Dalam hitungannya, akibat larangan ekspor gandum Rusia ini akan mengakibatkan kenaikan harga tepung terigu lebih dari 10%.

Chris mengatakan, akibat kenaikan harga tepung terigu ini, ia memperkirakan sekitar 40% produsen bakery yang memilih tidak berproduksi selama puasa dan lebaran. "Sebab, tanpa ada kenaikan harga bahan baku, selama puasa dan lebaran permintaan bakery turun sekitar 20% - 40%," jelasnya.

Karena itu, ia bilang para produsen memilih untuk menghentikan produksinya untuk melakukan efisiensi dan menghindari kerugian yang besar. "Sebagian dari produsen yang mengalami penurunan produksi sampai 70% sudah mulai melakukan penghentian produksi," kata Chris.

Produsen bakery yang menghentikan produksi selama puasa dan Lebaran ini adalah pelaku industri kelas kecil dan menengah. Sebagai gambaran saja, saat ini ada sekitar 970 perusahaan bakery yang tergabung dalam APEBI. Dari jumlah itu sekitar 40% nya adalah perusahaan skala kecil yang mengalami penurunan usaha sekitar 40% - 50% saat puasa dan lebaran.

Jika 40% dari total produsen bakery menghentikan produksinya selama puasa dan lebaran ini, artinya ada sekitar 388 perusahaan bakery yang berhenti beroperasi selama puasa dan lebaran. Dari jumlah itu sekitar 40% nya adalah perusahaan skala kecil yang mengalami penurunan usaha sekitar 40% - 50% saat puasa dan lebaran.

Langkah penghentian produksi untuk sementara waktu ini, kata Chris dinilai menjadi pilihan yang bisa diambil dalam jangka pendek. Sebab, untuk saat ini para produsen tidak mungkin untuk menaikkan harga jual produk. "Seminggu setelah lebaran biasanya permintaan akan kembali normal," ujarnya.

Meski begitu, saat ini para produsen masih melakukan penghitungan apakah setelah lebaran nanti akan memilih opsi untuk menaikkan harga jual produk akibat kenaikan harga bahan baku ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×