Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Hari ini (6/7), kargo gas alam cair (LNG) pertama telah diberangkatkan dari lokasi proyek LNG Tangguh di Papua Barat, Indonesia menuju terminal LNG POSCO di Gwangyang, Korea Selatan. BP Indonesia mengirimkan dengan menggunakan kapal Tangguh Foja.
Kepala BP Migas Raden Priyono mengatakan, ekspor pertama ini menandakan mulai beroperasinya proyek Tangguh dalam kurun waktu kurang lebih empat tahun sejak mendapat izin resmi dari Pemerintah Indonesia pada Maret 2005.
“Pengiriman perdana kargo LNG dari Tangguh ini merupakan salah satu momentum penting bagi sejarah usaha hulu migas nasional. Sebagai sentra LNG Indonesia yang ketiga, pengiriman kargo pertama ini diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen LNG di dunia, di samping juga sebagai salah satu sumber penambahan penerimaan negara. Proyek Tangguh ini nantinya diharapkan menjadi cikal bakal pengembangan industri strategis di wilayah Indonesia Timur," kata Priyono dalam rilis resmi BP Migas.
Proyek LNG Tangguh merupakan salah satu proyek yang dinilai berhasil. Selain mampu menyerap tenaga lokal dan nasional hingga lebih dari 10,000 pekerja di masa puncak proyek, penyelesaian proyek Tangguh termasuk tepat waktu. Apalagi bila dilihat dari lokasinya yang terpencil dengan segala keterbatasan infrastruktur, serta prasarana dan sarana pendukung lainnya. Nilai investasi proyek ini mencapai sekitar US$ 5 miliar.
Presiden BP Indonesia William Lin menambahkan, pencapaian penting ini merupakan hasil langsung dari gabungan keahlian dan komitmen yang terpadu dari para karyawan, mitra kerja dan kontraktor Indonesia dan luar negeri. “LNG Tangguh merupakan contoh gemilang dari apa yang dapat dicapai dengan perencanaan dan manajemen proyek yang ketat, dan dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat setempat,” katanya.
Sayang, Priyono atau William tidak menjelaskan lebih jauh alasan dimundurkannya pengiriman pertama yang sedianya dilakukan 4 Juli 2009 lalu.
Tangguh terdiri dari enam lapangan gas dari kontrak kerja sama Wiriagar, Berau dan Muturi di daerah Bintuni, Papua Barat. Gas yang diproduksi dari dua anjungan lepas pantai tak berawak itu disalurkan melalui pipa sepanjang 22 kilometer ke dua kilang pencair gas, masing-masing dengan kapasitas produksi LNG 3,8 juta ton per tahun.
Train 1 memulai produksi LNG ini pada pertengahan Juni. Sementara Train 2 diharapkan mulai beroperasi pada kuartal ini juga.
Proyek Tangguh memiliki kontrak jangka panjang untuk menyuplai 2.6 juta ton LNG per tahun kepada terminal LNG Fujian di China, 1,15 juta ton per tahun kepada K-Power dan POSCO di Korea Selatan, dan kontrak fleksibel untuk menyuplai hingga 3,7 juta ton per tahun ke terminal LNG Sempra di Baja California, Meksiko.
Kontraktor utama proyek Tangguh adalah konsorsium KBR, melalui anak usahanya di Indonesia PT Brown & Root Indonesia, JGC Corporation, dan PT Pertafenikki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News