Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Dadi Sudiana menilai saat ini produksi serta serapan cabai sudah seimbang. Hanya saja, dia bilang perlu adanya pengaturan pola tanam.
"Terdapat kondisi tertentu di mana produksinya bisa melonjak naik dan menurun. Terlebih saat musim kemarau, produksi bisa sangat sedikit," ujar Dadi kepada Kontan.co.id, Sabtu (11/11).
Dadi bilang, dengan adanya perbedaan musim, seperti saat paceklik bisa saja produksi cabai nasional dalam satu bulan sebesar 25.000 ton, sementara dalam bulan berikutnya produksi cabai bisa mencapai 150.000 ton.
Karena peningkatan produksi yang tinggi tersebut, harga cabai pun menurun drastis. "Ini karena pola produksi yang tidak ajeg," tambahnya.
Menurut Dadi, musim tanam cabai bisa dilakukan kapan saja namun masa panennya berbeda-beda. Dia mengatakan, cabai merah membutuhkan waktu enam bulan hingga masa panen usai, sementara cabai rawit masa panennya lebih lama.
Saat ini produksi cabai terbilang besar dikarenakan banyaknya petani yang terdorong menanam cabai lantaran harga yang meningkat drastis tahun lalu. Karena itulah, meski pun terjadi kemarau namun produksi cabai masih tinggi sehingga harga tidak kembali meningkat.
Menurut Dadi, produksi rata-rata cabai merah secara nasional sebesar 1,1 juta ton sementara produksi rata-rata cabai rawit sebesar 600.000-700.000 ton.
Dia bilang, kebutuhan nasional hampir menyamai produksi di mana 90% dijual secara segar di pasar, sementara 10% untuk kebutuhan industri.
Saat ini harga cabai merah besar di tingkat petani sekitar Rp 15.000 - Rp 18.000 per kg. Dadi bilang, harga cabai mungkin mengalami kenaikan pada Desember hingga Januari karena masa panen yang habis sementara ada pula yang baru memulai masa tanam.
"Saat ini ada yang baru ditanam dan akan habis masa panennya, kalau yang baru tanam akan mulai panen di Februari," ujar Dadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News