Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT ABM Investama Tbk (ABMM) menyiapkan belanja modal lebih dari US$ 200 juta atau sekitar Rp 3,12 triliun (kurs Rp 15.600) di tahun depan untuk sejumlah keperluan.
Direktur ABMM Adrian Erlangga mengatakan capex pada 2023 berada di kisaran US$ 200 juta yang bisa lebih atau kurang tergantung perkembangan saja. “Capex ini terutama untuk pembelian alat berat,” ujar kepada Kontan.co.id, Minggu (18/12).
Namun sayang, Adrian belum bisa membeberkan berapa banyak alat berat yang akan dibeli karena masih melihat perkembangan bisnis secara global. Adrian menjelaskan, dengan tren kenaikan suku bunga di banyak negara, manajemen ABM Investama harus lebih bijaksana.
Secara umum, ABMM melihat prospek bisnis di tahun depan cenderung konservatif. Hal ini tercermin dari target volume produksi di 2023 yang diperkirakan sama dengan tahun 2022.
Baca Juga: Laba Bersih dan Harga Saham Melompat, Cek Rekomendasi ABM Investama (ABMM)
“Di tahun depan harapan kami harga batubara stabil seperti tahun ini. Agenda di 2023 mirip dengan 2022 dengan terus memperhatikan perkembangan ekonomi dunia,” ujarnya.
Melansir catatan Kontan.co.id, di 2022 ABMM mengincar volume produksi dan penjualan batubara sebesar masing-masing 13 juta - 14 juta ton.
Pada lini usaha kontrak pertambangan, ABMM menetapkan target pengupasan dan pemindahan alias stripping and overburden removal sebesar 180 juta - 200 juta bcm, sedangkan target penyewaan alat untuk pengambilan batubara ditargetkan ekuivalen dengan 30 juta-35 juta ton batubara.
Adapun di sepanjang tahun ini, ABMM memperkirakan pendapatan konsolidasi mendekati US$ 1,5 miliar ditopang kenaikan harga batubara dan volume pekerjaan.
Baca Juga: Laba ABM Investama (ABMM) Melonjak 79,9% Jadi US$ 169,92 Juta hingga Kuartal III
Sebelumnya ABMM memasang target pendapatan sebesar US$ 900 juta - US$ 1,10 miliar untuk tahun 2022. Jumlah tersebut mendekati realisasi pendapatan ABMM di tahun 2021 yang capai US$ 1,01 miliar.
Sampai dengan September 2022, ABMM mengantongi pendapatan dari kontrak dengan pelanggan senilai US$ 1,02 miliar atau tumbuh 46,4% year on year (yoy). Pada periode 9 bulan tahun ini, pendapatan dari segmen kontraktor tambang paling mendominasi senilai US$ 879,10 juta.
Selain itu, pendapatan ABMM juga disokong dari bisnis jasa senilai US$ 131,85 juta, pabrikasi senilai US$ 14,87 juta, dan segmen lain-lain US$ 3,25 juta.
Sampai dengan September 2022, ABMM mencatatkan laba bersih senilai US$ 169,92 juta atau tumbuh 79,9% secara tahunan di mana laba di September 2021 senilai US$ 94,45 juta.
Di akhir Kuartal III 2022, ABMM mencatatkan perubahan pos total aset dan total liabilitas yang melebihi 20% dibandingkan dengan 31 Desember 2021.
Peningkatan pada pos total aset hingga 76,6%. Hingga akhir September 2022 total aset ABMM senilai US$ 1,83 miliar sedangkan di 31 Desember 2021 senilai US$ 1,03 miliar.
Baca Juga: Tahun Depan, ABM Investama (ABMM) Optimistis Permintaan Batubara Tetap Tinggi
Direktur Utama ABMM, Achmad Ananda Djajanegara menjelaskan peningkatan aset ini lantaran ABM Investama mengakuisisi 30% saham PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) oleh PT Radhika Jananta Raya sebesar US$ 420 juta.
Aksi akuisisi ini turut berdampak pada peningkatan total liabilitas yang melonjak hingga 93,8%. Pada September 2022 total liabilitas ABMM senilai US$ 1,31 miliar sedangkan pada 31 Desember 2021 senilai US$ 679,81 juta.
Achmad menerangkan, peningkatan pos liabilitas karena adanya kenaikan pinjaman bank jangka panjang oleh PT Radhika Jananta Raya sebesar US$ 320 juta ke PT Bank Mandiri Tbk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News