Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Memasuki awal tahun 2015 ini, Accor langsung melanjutkan ekspansi bisnisnya di Indonesia. Perusahaan yag mengoperasikan merek hotel Pullman, Novotel, Mercure, dan Ibis ini langsung tancap gas membuka dua hotel baru sekaligus, yaitu Ibis Style dan Ibis Budget Jakarta Airport yang letaknya berdekatan dengan Bandara Soekarno Hatta, Banten.
Pembukaan dua hotel ini bertujuan untuk bisa menyasar para tamu domestik maupun internasional yang sedang berkunjung ke Jakarta atau transit di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Chief operator officer Accor Malaysia, Indonesia, dan Singapura, Gerard Guillouet mengatakan, area bandara merupakan lokasi strategis bagi hotel-hotel Accor terutama untuk memenuhi kebutuhan para penumpang transit, pebisnis dan kru maskapai penerbangan. Untuk itu, pihaknya menggandeng PT Shansui Karya bandara untuk membangun Ibis Style Jakarta Airport dan Ibis Budget Jakarta Airport dengan nilai investasi sebesar Rp 150 miliar.
Ibis Style Jakarta Airport sendiri memiliki 251 kamar dan Ibis Budget Jakarta Airport memiliki 186 kamar. Dengan begitu, kedua hotel ini menawarkan total lebih dari 400 kamar. Dengan jumlah kamar sebanyak itu, Gerard menargetkan kedua hotel ini bisa memiliki tingkat okupansi sebesar 80% di tahun 2015. Sementara itu, sejak melakukan soft opening pada pertengahan tahun lalu, Ibis Sytel sendiri tercatat telah memiliki tingkat okupansi sebesar 82%.
Pembukaan kedua hotel baru ini melengkapi koleksi hotel yang telah dioperasikan oleh Accor di Indonesia. Accor sendiri tercatat telah mengoperasikan 90 hotel dan menargetkan bisa megoperasikan 100 hotel di Indonesia pada tahun ini. Sementara itu, untuk target jangka panjang, Accor berharap bisa mengoperasikan 200 hotel pada tahun 2020 mendatang. Dengan begitu, Accor akan membuka 20 hotel baru setiap tahunnya.
Gerard sendiri cukup optimis pencapaian tersebut dapat tercapai. Maklum, Accor saat ini telah memiliki konsep multi-branded combo hotel yang menggabungkan dua hotel sekaligus dalam satu lokasi. Dengan strategi ini, Accor berharap mimpinya mengoperasikan 200 hotel di Indonesia dapat tercapai.
Di sisi lain, Gerard juga optimis pertumbuhan bisnis hotel di Indonesia akan cukup bagus. Pasalnya, tingkat pertumbuhan ekonomi di negara ini masih cukup tinggi sehingga bisa mendukung potensi bisnis perhotelan. Bahkan tingkat okupansi hotel di beberapa kota di Indonesia seperti Bali, Jogjakarta, Jakarta masih cukup bagus, berkisar antara 75% sampai 80%.
Potensi bisnis hotel juga semakin bertambah dengan semakin banyaknya tingkat wisatawan internasional yang datang ke Indonesia. Gerard mencatat jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia mencapai 9 juta orang per tahunnya.
Selain itu, jumlah perjalanan wisata di dalam negeri juga cukup tinggi dengan hingga mencapai angka 240 juta per tahun. "Ini merupakan angka yang besar sekali. Sehingga dengan produk yang bagus dan diikuti dengan sistem manajerial yang juga bagus, maka performance hotel nantinya juga akan bagus," ujar Gerard.
Gerard pun tidak kuatir dengan adanya penetapan tarif bawah maskapai penerbangan sebesar 40% yang dapat beresiko menurunkan tingkat jumlah orang melakukan perjalanan dan akhirnya berdampak pada tingkat okupansi hotel.
Menurut dia, meningkatnya tarif penerbangan tidak akan banyak mempengaruhi para pelancong untuk melakukan perjalanan. "Selama ini tarif penerbangan juga tidak murah. Jadi saya yakin para traveler akan tetap melakukan perjalanan,"ujarnya optimis.
Sementara itu, untuk pelarangan instansi pemerintah melakukan rapat di hotel juga tidak membawa kelesuan bagi hotel yang dioperasikan oleh Accor. Gerard bilang pelarangan rapat di hotel tersebut memang sudah terasa dampak pada tahun lalu, namun hotel-hotel yang berada di bawah bendera Accor masih bisa bertumbuh dengan mencari segmen lain di luar instansi pemerintah.
"Kami bisa tetap cukup kuat karena kami dapat tamu tidak hanya dari pemerintah. Kami memiliki tamu dari korporasi dan tamu-tamu internasional. Kami masih bisa mencari segmen lainnya di luar instansi pemerintah,"katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News