Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Cottonindo Ariesta Tbk merevisi target penjualan pada tahun ini. Emiten kapas berkode saham KPAS itu memproyeksi, kinerja penjualan perusahaan pada tahun ini akan turun sekitar 20%-25% dibanding realisasi tahun lalu. Mulanya, KPAS sempat membidik pertumbuhan penjualan sebesar 10% di awal tahun.
Sebagai perbandingan, KPAS mencatatkan penjualan neto sebesar Rp 74,87 miliar di tahun 2019. Dus, hitungan Kontan.co.id, dengan asumsi penurunan 20%-25%, maka penjualan KPAS sampai tutup tahun nanti diperkirakan akan mencapai Rp 56,16 miliar - Rp 59,90 miliar.
Keputusan untuk merevisi target bukannya tanpa alasan. Corporate Secretary sekaligus Direktur Operasional PT Cottonindo Ariesta Tbk, Johan Kurniawan mengatakan, permintaan kapas di pasaran melesu seiring merebaknya pandemi corona (covid-19).
Baca Juga: Eastparc Hotel (EAST) luncurkan fasilitas anyar untuk gaet pengunjung
Dugaan Johan, hal ini disebabkan oleh dua hal, yakni daya beli masyarakat serta kebutuhan akan kapas kecantikan yang menurun di tengah pandemi. Maklumlah, pengguna akhir produk kapas kecantikan KPAS merupakan karyawan wanita dan mahasiswi.
“Saat ini banyak para wanita pekerja yang bekerja secara WFH di kota-kota besar, ada juga yang mengalami penjadwalan ulang kerja atau bahkan terkena PHK, sehingga kebutuhannya menjadi berubah, karena kapas wajah digunakan untuk membersihkan wajah dan make up,” terang Johan dalam acara paparan publik yang disiarkan secara virtual, Kamis (15/10).
Selama ini, penjualan produk-produk dijual melalui dua kanal penjualan, yakni segmen pasar modern dan segmen pasar konvensional. Secara komposisi, kontribusi penjualan di segmen pasar modern lebih dominan, yakni mencapai 55% dari total penjualan KPAS, sedangkan sisanya berasal dari segmen pasar konvensional.
Tantangan utamanya dijumpai pada penjualan di segmen pasar konvensional. Selain permintaannya kerap naik dan turun (fluktuatif), kelancaran pembayaran dari mitra agen terkadang menjadi persoalan, sebab kelancaran pembayaran dari mitra agen atau distributor tersebut juga bergantung pada pembayaran dan permintaan dari jaringan toko-toko di bawahnya.
Baca Juga: Saham ANTM (Aneka Tambang) mencorong, ini rekomendasinya
Meski begitu, KPAS tidak bisa lantas mengalihkan penjualan dengan berfokus pada segmen pasar modern semata, sebab KPAS memerlukan persetujuan dari pihak peritel pasar modern sebelum memperbanyak pasokan produk ke jaringan pasar modern.
Oleh karenanya, untuk menjaga kinerja, KPAS berstrategi untuk menjalin komunikasi secara baik dengan mitra agen eksisting untuk mencari jalan keluar dan kembali mengungkit penjualan. Selain itu, KPAS juga berupaya menjajal pasar baru dan segmen baru. Beberapa daerah yang dibidik di antaranya seperti Sumatera dan Jawa Tengah.
“Di daerah-daerah di Indonesia banyak market yang belum kita masuki 100%,” kata Johan ketika ditanyai lebih lanjut melalui pesan singkat usai paparan publik (15/10).
Saat ini, KPAS tengah berkomunikasi dan melakukan uji kelayakan atau due diligence atas rencana ekspansi pasar dengan calon mitra agen di daerah tujuan. Johan memperkirakan, hasil dari upaya ini baru akan bisa dirasakan di akhir tahun, sebab KPAS ingin sangat berhati-hati dalam mengeksekusi ekspansi pasar.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) akan menerbitkan obligasi Rp 2 triliun bulan depan
Selain memacu penjualan, KPAS juga berupaya untuk mencetak laba bersih. Caranya, KPAS akan menggencarkan efisiensi di semula lini.
Sepanjang Januari - Juni 2020 lalu, KPAS mencatatkan penjualan neto sebesar Rp 35,80 miliar, naik 3,60% dibanding realisasi penjualan neto periode sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp 34,55 miliar.
Meski mencatatkan pertumbuhan mini pada sisi top line, KPAS membukukan rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih sebesar Rp 404,38 juta di semester I 2020. Sebelumnya, KPAS membukukan laba bersih sebesar Rp 335,09 juta di semester I 2019.
Selanjutnya: Chandra Asri (TPIA) teken kerja sama untuk Jakarta Recycle Center
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News