Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluang permintaan batubara dari negara-negara Eropa tidak lantas membuat PT Golden Energy Mines Tbk tergesa-gesa menjajal pasar benua biru. Saat ini, emiten batubara berkode saham GEMS itu masih mempelajari pasar Eropa.
Corporate Secretary GEMS, Sudin Sudiman mengatakan, sejauh ini GEMS belum memiliki kontrak penjualan ke Eropa.
“Kami terbuka dengan pangsa pasar mana aja sepanjang harga dan barang cocok,” ujar Sudin kepada Kontan.co.id (21/6).
Mengintip laporan keuangan dan materi paparan publik terkini perusahaan, penjualan ekspor GEMS tidak menyasar pasar Eropa, setidaknya dalam 3 tahun terakhir.
Mayoritas penjualan GEMS umumnya menyasar pasar Cina dan Indonesia, sedang sisanya menyasar tujuan lain seperti India, Filipina, dan lain-lain.
Belakangan, prospek permintaan batubara ke Eropa semakin menjanjikan seturut Perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan pasokan gas ke kawasan Eropa, termasuk Jerman, mulai menipis itu.
Baca Juga: Golden Energy Mines (GEMS) Tebar Dividen, Berikut Jadwalnya
Jerman bahkan sudah menyampaikan kebutuhan impor batubara sekitar 5 juta - 6 juta ton dari Indonesia.
Kontan.co.id mencatat, Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa pemerintah sudah mengumpulkan perusahaan dengan kualitas batubara yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan batubara Jerman.
Pihak Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) juga mengaku telah berkoordinasi dengan pemerintah perihal permintaan pasokan batubara ini.
“Kementerian ESDM dan juga KBRI di Berlin berkomunikasi dengan kami,” ujar Direktur Eksekutif APBI, Hendra Sinadia kepada Kontan.co.id (20/6).
Saat tulisan ini dibuat, GEMS belum memiliki rencana mengajukan revisi terhadap Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) perusahaan tahun ini.
Rencana produksi batubara konsolidasi GEMS masih sama, yakni sekitar 40 juta ton dengan target realistis di angka sekitar 36 juta ton. “Di kuartal I 2022 realisasi produksi sekitar 9 juta ton,” tutur Sudin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News