Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Mining Association (IMA) mengungkapkan bahwa ada 2-3 tambang tembaga besar yang akan beroperasi dalam lima tahun ke depan.
Ketua IMA Rachmat Makkasau mengatakan 3 tambang tembaga tersebut akan meningkatkan pangsa di pasar tembang dunia menjadi 10% dari saat ini yang berada di kisaran 3%-5%.
"Saat ini Indonesia kalau tidak salah sekitar 3% sampai 5% share untuk tembaga dunia, tetapi kita masih ada beberapa tambang besar yang mungkin akan operasi dalam 5 tahun ke depan dengan potensi produksi dari tambahan 2—3 tambang yang nanti akan beroperasi,” kata Rachmat di Jakarta, Selasa (8/10).
Baca Juga: Program Hilirisasi Jokowi Bakal Berlanjut Pemerintahan Prabowo Subianto
Rachmat menuturkan potensi penambahan 2—3 tambang tembaga baru ini berada di wilayah dengan cadangan tembaga besar telah berada tahap eksplorasi akhir di antaranya Tujuh Bukit di Banyuwangi, di Sumbawa milik Sumbawa Timur Mining, dan di Sulawesi milik Gorontalo Minerals.
“Mereka belum beroperasi, tetapi mereka sedang dalam tahap final stage untuk masuk ke tahapan eksplorasi,” tutur Rachmat.
PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melalui anak usahanya PT Bumi Suksesindo (BSI) memiliki proyek tembaga Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur, yang saat ini masih dalam fase bankable feasibility study.
General Manager Communications Merdeka Copper Gold MDKA Tom Malik megatakan, Tujuh Bukit Copper Project merupakan salah satu cadangan tembaga terbesar di dunia yang belum di eksploitasi. Proyek ini berada di bawah tambang Emas Tujuh Bukit yang sudah beroperasi sejak 2017 dibawah IUP PT Bumi Suksesindo.
Sejak 2018, Merdeka telah menginvestasikan lebih dari US$ 200 juta untuk studi kelayakan yang terperinci, termasuk eksplorasi sepanjang 1.890 meter, pengeboran untuk mendefinisikan sumber daya, pemodelan geologi, studi teknis, dan studi pra-kelayakan (Pre-feasibility study atau PFS) yang rampung pada Mei 2023.
Saat ini, kata Tom, MDKA sedang menyusun bankable feasibility study. Selain itu, MDKA terus melakukan optimalisasi proses penambangan dan processing termasuk study metalurgi untuk meningkatkan perolehan logam yang dapat diekstrak dari bijih, peningkatan kualitas bijih yang ditambang. Sementara itu, proses perizian juga masih berjalan.
"Apabila beroperasi Proyek Tembaga Tujuh Bukit akan menjadi tambang tembaga ke-3 terbesar di Indonesia dan berpotensi meningkatkan produksi tembaga Indonesia 10%-15%," kata Tom kepada KONTAN, Jumat (11/10).
Baca Juga: Dunia Defisit Tembaga, IMA: Surplus Tembaga dan Batubara Jadi Tumpuan Ekonomi
Tambang Emas Tujuh Bukit yang berada di atas Proyek Tembaga diperkirakan akan beroperasi hingga 2029 dan bisa dilanjutkan dengan tambang tembaga bawah tanah.
Sementara itu, PT Sumbawa Timur Mining (STM) yang 80% sahamnya dimiliki oleh Eastern Star Resources Pty Ltd, anak perusahaan yang 100% dimiliki oleh Vale Holdings B.V dan 20% saham STM dimiliki oleh PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) atau Antam, tengah mengerjakan proyek eksplorasi pertambangan di Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Corporate Communications STM Cindy Elza menuturkan, Sumbawa Timur Mining mengelola proyek eksplorasi tembaga di Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, NTB berdasarkan Kontrak Karya generasi ke-7.
Pada 2022 lalu, Cindy menyampaikan pengumuman publik kedua terkait Deposit Onto (Deposit Tembaga ini) diumumkan. Total sumber daya diperkirakan 2,1 miliar ton yang setiap tonnya mengandung 0,86% tembaga (Cu) dan 0,48 gram emas (Au).
Sumber daya ini berupa deposit endapan (belum diekstraksi) mengandung mineral terletak sekitar 500 sd 600 meter dibawah permukaan bumi dan berjalin dengan sistem geothermal dengan suhu mencapai 110 derajat celcius. Inilah tantangan sekaligus salah satu keunikan proyek hu'u.
"STM saat ini dalam proses menyelesaikan Pre Feasibility Study dan ditargetkan memasuki tahap Feasibility Study pada 2025. Sedangkan target operasi produksi setelah tahun 2030. Jadi butuh waktu lebih dari 5 tahun lagi," ujar Cindy kepada KONTAN, Jumat (11/10).
Cindy menambahkan, STM membutuhkan dukungan seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan visinya menjadi operasi pertambangan tembaga kelas dunia yang didukung oleh energi terbarukan panas bumi dan kami optimis mewujudkannya. Jadi membutuhkan waktu lebih dari dari 5 tahun lagi.
Adapun, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) saat ini memiliki 80% saham di PT Gorontalo Minerals (GM). Sisanya, sebesar 20% saham dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). GM memiliki hak Kontrak Karya atas konsesi pertambangan seluas 24.995 hektar yang terletak di Kabupaten Bone Bolango (Gorontalo, Sulawesi, Indonesia). Saat ini, jumlah cadangan yang ada sekitar 100 juta ton bijih dan sumber daya yang ada sekitar 400 juta ton bijih. Adapun, kadar tembaganya sekitar 0,5%—0,7%.
Selanjutnya: Kuasai Pasar Waran Terstruktur di Korea Selatan, KIS Indonesia Incar Pasar Indonesia
Menarik Dibaca: Bank INA Buka Kantor Cabang Pembantu Anyar di Bumi Serpong Damai (BSD)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News