Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga Batubara Acuan (HBA) terus melesat. Pada September 2017 ini tercatat naik 9,6% menjadi US$ 92,03 per ton dari yang sebelumnya bulan Agustus senilai US$ 83,97 per ton. Tapi kenaikan harga batubara itu tidak merubah peningkatan produksi PT Adaro Energy (Tbk).
Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir mengatakan, bahwa membaiknya harga batubara tidak mendorong Adaro untuk menaikkan produksi. Hingga saat ini target produksi tetap, sesuai panduan 2017 yaitu sebesar 52 juta ton - 54 juta ton.
"Membaiknya harga batubara tidak mendorong Adaro untuk menaikkan produksi karena Adaro fokus untuk menjaga cadangan batubara dalam jangka panjang demi pengembangan bisnis pembangkit listrik ke depan," terangnya kepada KONTAN, Minggu (10/9).
Asal tahu saja, produksi batubara Adaro 70% untuk kebutuhan ekspor dan 30% lainnya untuk domesktik. Porsi tersebut nantinya akan berubah tatkala Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang, di Jawa Tengah, beroperasi.
Pasalnya, kebutuhan batubara PLTU Batang mencapai 7 juta ton per tahun."One day, kami akan balance antara ekspor dan kebutuhan dalam negeri," tandasnya.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana mengatakan naiknya harga batubara tersebut disebabkan berkurangnya pasokan dari Australia, termasuk demonstrasi di tambang New Castle.
"Harga naik akibat ketatnya supply dari Australia termasuk ada demo satu tambang di New Castle," katanya kepada KONTAN, Minggu(10/9).
Dia menambahkan perubahan iklim di India juga meningkatkan permintaan batubara di negara tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News