kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   10.000   0,52%
  • USD/IDR 16.295   -56,00   -0,34%
  • IDX 7.312   24,89   0,34%
  • KOMPAS100 1.036   -2,36   -0,23%
  • LQ45 785   -2,50   -0,32%
  • ISSI 243   1,24   0,51%
  • IDX30 407   -0,78   -0,19%
  • IDXHIDIV20 465   -1,41   -0,30%
  • IDX80 117   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,08   -0,07%
  • IDXQ30 129   -0,58   -0,45%

AEKI: Tarif Kopi ke AS Idealnya di Bawah 10%


Minggu, 20 Juli 2025 / 19:13 WIB
AEKI: Tarif Kopi ke AS Idealnya di Bawah 10%
ILUSTRASI. Sebagai salah satu komoditas favorit Amerika Serikat (AS), kopi masih berpeluang memperoleh tarif masuk yang lebih rendah. ANTARA FOTO/Angga Budhiyanto/tom.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sebagai salah satu komoditas favorit Amerika Serikat (AS), kopi masih berpeluang memperoleh tarif masuk yang lebih rendah.

Ketua Departemen Specialty & Industri BPP Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Moelyono Soesilo menyebut bahwa tarif 19% yang saat ini berhasil dicapai pemerintah untuk produk ekspor Indonesia ke AS sudah membuat kopi Indonesia relatif lebih kompetitif dibanding pesaing global.

Baca Juga: Raksasa kopi Nescafe Menyasar Gen Z Seiring Pergeseran Kebiasaan Konsumsi

“Sebenarnya Indonesia masih cukup diuntungkan dibanding negara penghasil kopi lainnya seperti Brasil, Kolombia, dan Vietnam yang terkena tarif lebih tinggi,” ujar Moelyono kepada Kontan.co.id, Minggu (20/7).

Namun demikian, Moelyono menilai tarif 19% tersebut masih bisa ditekan lebih rendah khusus untuk komoditas kopi.

Ia menjelaskan, pasar ekspor kopi Indonesia saat ini cukup terdiversifikasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor kopi Indonesia ke AS tercatat turun 37,19% dalam 10 tahun terakhir menjadi 36.625 ton pada 2023.

Sebaliknya, ekspor kopi ke Mesir dalam periode yang sama justru melonjak 82,73% menjadi 32.047 ton.

Meski demikian, AS tetap menjadi pasar utama ekspor kopi Indonesia. Pada 2023, AS masih menjadi negara tujuan ekspor kopi terbesar bagi Indonesia.

Oleh sebab itu, upaya menurunkan tarif tetap penting dilakukan. “Idealnya, kalau bisa tarifnya di bawah 10%,” katanya.

Baca Juga: Tarif Impor AS Turun Jadi 19%, AEKI Sebut Ekspor Kopi RI Masih Aman

Lebih lanjut, Moelyono optimistis penurunan tarif kopi masih bisa diperjuangkan. Pasalnya, Asosiasi Kopi Nasional AS (National Coffee Association/NCA) sebelumnya telah meminta pemerintah AS untuk mengecualikan kopi dari tarif resiprokal yang ditetapkan Presiden Donald Trump untuk mitra dagangnya.

Permintaan itu sejalan dengan tren konsumsi kopi yang terus meningkat di AS. Laporan NCA Spring 2024 National Coffee Data Trends (NCDT) mencatat bahwa 67% orang dewasa di AS mengonsumsi kopi setiap hari menjadikannya minuman paling populer di negara tersebut. Angka ini naik dari 49% pada 2004.

Moelyono menyebut, tren tersebut bisa menjadi argumen kuat bagi Indonesia untuk meminta perlakuan tarif khusus terhadap ekspor kopi ke AS.

“Kalau tarif tetap tinggi, konsumsi kopi di AS bisa menurun. Itu jelas berdampak buruk bagi Indonesia karena harga kopi global bisa melemah dan pada akhirnya merugikan petani kopi kita,” tutupnya.

Selanjutnya: Kecelakaan di Area Kerja Bisa dari Faktor Internal dan Eksternal

Menarik Dibaca: Samsung Z Fold 6 dengan Layar Dua Mode, Bisa jadi Smartphone Sekaligus Tablet

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×