kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.919.000   11.000   0,58%
  • USD/IDR 16.358   57,00   0,35%
  • IDX 7.287   95,00   1,32%
  • KOMPAS100 1.038   11,82   1,15%
  • LQ45 788   8,41   1,08%
  • ISSI 242   4,64   1,96%
  • IDX30 408   5,59   1,39%
  • IDXHIDIV20 466   2,70   0,58%
  • IDX80 117   1,36   1,18%
  • IDXV30 118   0,01   0,01%
  • IDXQ30 130   1,58   1,23%

Tarif Impor AS Turun Jadi 19%, AEKI Sebut Ekspor Kopi RI Masih Aman


Kamis, 17 Juli 2025 / 19:30 WIB
Tarif Impor AS Turun Jadi 19%, AEKI Sebut Ekspor Kopi RI Masih Aman
ILUSTRASI. Ketua Departemen Specialty & Industri BPP Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Moelyono Soesilo saat Diskusi Publik Dampak UU Deforestasi.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan tarif impor Amerika Serikat terhadap sejumlah komoditas asal Indonesia menjadi 19% dinilai tidak berdampak signifikan terhadap ekspor kopi nasional. Hal ini disampaikan Ketua Departemen Specialty & Industri BPP Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Moelyono Soesilo.

“Kalau bicara dampaknya ke ekspor kopi secara langsung sih belum terlihat. Negara-negara penghasil kopi lainnya juga terkena tarif tersebut. Tapi dibandingkan negara pesaing utama, tarif untuk Indonesia masih tergolong tidak terlalu tinggi,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (17/7).

Moelyono menjelaskan bahwa pangsa ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat saat ini hanya sekitar 10% dari total ekspor nasional. Sebaliknya, pasar utama ekspor kopi Indonesia justru berada di kawasan Eropa dan Mesir.

“Amerika dulu sempat dominan, tapi sekarang porsinya jauh berkurang. Eropa masih yang paling tinggi,” tambahnya.

Terkait kemungkinan masuknya produk pertanian termasuk kopi asal AS ke pasar Indonesia sebagai bagian dari syarat dagang, Moelyono menilai hal tersebut tidak relevan. Sebab, kopi bukan komoditas unggulan yang diproduksi secara masif di Amerika.

Baca Juga: Ekspor Biji Kopi ke Negara Timur Tengah Alami Penurunan Imbas Konflik Israel-Iran

“Produk kopi kemungkinan besar tidak masuk dalam daftar timbal balik tarif. Amerika bukan negara penghasil kopi, jadi kecil kemungkinan kopi mereka masuk ke Indonesia,” katanya.

Moelyono juga menanggapi kondisi konsumsi kopi di tengah tren daya beli yang melemah. Menurutnya, permintaan kopi baik di dalam maupun luar negeri masih stabil. Namun, sempat terjadi lonjakan harga yang cukup tajam pada Mei 2025.

“Waktu itu harga kopi robusta di pasar dunia sempat menyentuh US$5.600 per ton, tertinggi sepanjang masa. Tapi sejak itu sudah mulai menurun,” jelasnya.

Kenaikan harga tersebut sempat mendorong munculnya praktik penggantian sebagian bahan kopi dengan bahan lain dalam pencampuran, demi menekan biaya produksi.

Baca Juga: Rumah Koffie Bawa Kopi Indonesia ke Panggung Internasional, Siap Ekspor ke Eropa

“Permintaan tetap ada, hanya saja harga tinggi memicu substitusi sebagian bahan baku. Selain itu, prospek pasokan kopi global mulai membaik, sehingga harga kembali stabil,” ujarnya.

Sebagai informasi, jenis kopi yang paling banyak diekspor Indonesia saat ini masih didominasi oleh robusta.

Dengan situasi tersebut, Moelyono menegaskan bahwa meski terdapat penyesuaian tarif dari AS, bisnis kopi Indonesia masih berjalan normal dan relatif tidak terdampak langsung.

Baca Juga: Harga Kopi Melambung, Pebisnis Kopi Incar Peluang Ekspor

Selanjutnya: Hasil Investasi MSIG Life Tumbuh 35,29% per Juni 2025

Menarik Dibaca: Jawab Kebutuhan Wanita, Kérastase Luncurkan Produk Perawatan Rambut Gloss Absolu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×