kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AESI: PLTS Atap dapat mendukung pencapaian target energi terbarukan


Sabtu, 24 Juli 2021 / 18:54 WIB
AESI: PLTS Atap dapat mendukung pencapaian target energi terbarukan
ILUSTRASI. Pekerja melakukan perawatan panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) . ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Handoyo .

Survei pasar yang dilakukan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) pada perusahaan engineering, procurement, and construction (EPC), penggunaan PLTS Atap harus menunggu minimal 1 bulan dan tak sedikit yang di atas 3 bulan. 

"Padahal dalam Permen saat ini seharusnya dalam maksimal 15 hari kerja setelah SLO diterima oleh PLN. Sejumlah pelanggan komersial dan industri (C&I) juga mengalami kesulitan, misalnya permintaan naik ke tingkat pelanggan premium tanpa dasar yang jelas dan pemberlakuan SLO untuk instalasi di bawah 500 kWp," imbuh Fabby.

Dengan tenggat waktu yang tinggal 4 tahun untuk mencapai target energi terbarukan 23% pada 2025 dan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sesuai komitmen dalam Nationally Determined Contribution (NDC), kata Fabby, partisipasi berbagai pihak, khususnya masyarakat sangat penting dan tidak terelakkan. "Sebab pemasangan 1 GWp PLTS atap untuk penggantian subsidi listrik akan menurunkan jumlah
subsidi hingga Rp 1,3 triliun per tahun," lanjutnya.

I Made Aditya selaku Sekretariat Jendral AESI sekaligus Head of Business Solution SUN Energy menambahkan PLTS Atap merupakan inovasi yang tak bisa dihindarkan. Sehingga sangat lumrah diterapkan di masyarakat.

"Bisnis PLTS merupakan ekosistem atau bisnis yang sangat terbuka, apabila ada ketertarikan dari semua pihak sudah sepantasnya memiliki hak untuk berkompetisi secara sehat baik dari stakeholders, pengembang, instaler dan sebagainya sehingga peraturan dan regulasi yang hendaknya dibuat itu sudah seharusnya mendorong market demand. Sehingga apabila semuanya di dukung maka masyarakat yang akan diuntungkan," tandas I Made Aditya.

Rasionalitas keekonomian dengan tarif net-metering 1:1 ini seringkali dikhawatirkan mengurangi pemasukan (revenue) PLN, bila banyak masyarakat yang menggunakan PLTS atap. Kondisi oversupply di beberapa wilayah, ditambah dengan turunnya permintaan listrik dan tidak tercapainya pertumbuhan sales listrik juga banyak diungkapkan sebagai alasan.

"Ketika kita berbicara soal tarif, misalnya tarif yang kita bayarkan baik residensial maupun komersial industrial itu juga sudah memuat komponen-komponen seperti transmisi dan sebagainya. Perlu diingat juga apabila kita melakukan pemasangan listrik contohnya di rumah itu sudah ada biaya pemasangan atau biaya penyambungan listrik yang dibayarkan oleh konsumen kepada PLN," ungkap I Made.

Penggunaan PLTS Atap kata Made, turut membuka lapangan pekerjaan baru. "SUN Energy sendiri hingga saat ini sudah memiliki 68 pekerja tetap yang dari 3 tahun lalu yang sudah naik 300 persen dan bekerja sama dengan para instaler yang notabenya memiliki banyak ahli atau teknisi yang memasang PLTS residensial maupun komersial dan industrial," terang I Made Aditya.

Selanjutnya: Begini penjelasan SKK Migas soal lifting migas semester I 2021 yang tak capai target

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×